Monday, February 2, 2015

Perang Pandan Tradisi Unik Masyarakat Tenganan Karangasem-Bali

Tradisi Unik Perang Pandan di Tenganan
nyamenusanet.blogspot.com - Jika saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia , para pahlawan menggunakan banbu runcing dalam berperang. Berbeda dengan perang yang satu ini, ada tradisi unik ketika berperang, karena senjata yang digunakan berupa seikat daun pandan. Wah, seperti apa ya perang tersebut?

Perang umumnya merupakan permusuhan yang terjadi antara dua negara dan diselesaikan lewat pertempuran di sebuah lapangan luas dengan menggunakan senjata. Namun, di desa Tenganan, Bali, terdapat tradisi unik perang pandan yang merupakan bentuk perhormatan warga desa terhadap Dewa Indra atau yang disebut juga Dewa Perang.

Di desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, setiap tahunnya pada tanggal 8-9 Juni diadakan sebuah ritual perang yang disebut Perang Pandan atau “Mekare-kare”. Perang Pandan ialah ritual adu ketangkasan antara dua pemuda Tenganan yang masing-masing pesertanya membawa senjata berupa seikat daun pandan duri dan sebuah perisai.

Perang Pandan ini sudah menjadi objek wisata budaya yang populer di Bali, bahkan sudah banyak wisatawan asing yang datang ke Tenganan. Waktu pelaksanaan biasanya dimulai pukul 2 siang, dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan). Para peserta Perang Pandan menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng).

"Melelawang"
Sebelum dimulai, warga Tenganan melakukan ritual “Melelawang” atau berkeliling desa untuk memohon keselamatan. Setelah itu diadakan ritual minum tuak untuk para peserta, tuak kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dibuang ke samping panggung.

Tak ada aturan baku dalam Perang Pandan , masing-masing pesertanya membawa senjata berupa seikat daun pandan duri di tangan kanan dan sebuah perisai yang terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Kedua peserta perang saling menyerang, mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan, kemudian saling memukul punggung lawan dengan daun pandan yang berduri.

Kepercayaan yang dianut warga Desa Tenganan berbeda dengan warga Bali pada umumnya. Warga Desa Tenganan mempunyai aturan tertulis atau “Awig-awig”yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka, tidak mengenal kasta dan diyakini Dewa Indra adalah dewa dari segala dewa. Tertarik melihat tradisi unik perang pandan , jangan lupa mampir ke Desa Tenganan, Bali di awal bulan juni, ya! Jangan Lupa menggunakan jasa kami ya Penyewaan Sepeda Motor murah di Bali, agar lebih jelas ini syarat dan ketentuannya. Terimakasih...


No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan