Saturday, December 19, 2015

Apa Saja Perubahan Orang Bali Akhir-Akhir ini??? Ini 10 Ulasan Dasarnya!

nyamenusanet.blogspot.com - Arus perubahan tidak bisa dihindari. Seperti masyarakat di daerah lain, Bali juga mengalami perubahan, dan itu terjadi sudah sejak dahulu. Hanya saja, perubahan masyarakat Bali beberapa tahun belakangan ini tergolong drastis.

Dahulu, Bali tergolong pulau agraris dimana sebagian besar masyarakatnya bertani dan berkebun. Lalu berubah menjadi pariwisata. Beberapa tahun belakangan ini, tidak lagi sekedar pariwisata, sudah bergeser menjadi multi-profesi dan multi-aktivitas.

Ada 2 faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan drastis di Bali, belakangan ini, yaitu:
  • Pengaruh global; dan  
  • Pengaruh nasional

Di kancah dunia, Bali tergolong salah satu tujuan wisata favorit, sejak dahulu. Disamping keindahan panorama dan kelestarian budayanya, Bali juga terkenal dengan masyarakatnya yang rata-rata kreatif dan memiliki talenta seni—mulai dari seni tari, seni tabuh, lukis, pahat (ukir dan patung) hingga seni tattoo tubuh. Lengkap.



Saat ini, sudah banyak wisatawan yang tidak sekedar tertarik untuk menikmati indahnya Danau Batur atau melihat-lihat Gallery di Ubud, melainkan juga ingin menikmati kedamaian, bermukim dan menetap di Bali, sembari mengubah kreativitas masyarakat Bali—yang dahulunya hanya sebatas berkesenian—menjadi aktivitas bisnis.

Hubungan masyarakat Bali dengan masyarakat global saat ini tidak lagi sekedar ‘guide-dan-turis’ atau ‘seniman-dan-penikmat seni’, melainkan sudah berubah menjadi hubungan antara ‘bawahan-dan-atasan’ atau ‘pedagang-dan-pelanggan’ atau ‘pebisnis-dan-partner bisnis’. Tak sedikit juga yang berupa hubungan ‘pasien-dan-dokter’ atau ‘fotografer-dan-model’ atau ‘murid-dan-guru’, bahkan ‘tetangga-dan-tetangga ekspatriat’.

Perubahan frekwensi dan intensitas hubungan antara masyarakat Bali dan masyarakat global (baca: orang asing) yang kian meningkat, tidak sekedar melahirkan orang bule yang ‘ke-Bali-Balian’—dalam jumlah relative sedikit, melainkan juga melahirkan orang Bali ‘ke-bule-bule-an’ yang justru lebih banyak.

Sebagai bagian dari Indonesia, Bali juga mendapat pengaruh dari perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat nasional—teknologi, komunikasi, ekonomi, politik hingga budaya. Perubahan dari era pemerintahan Soeharto (orde baru) ke era pemerintahan pasca-Soeharto (reformasi) misalnya, membawa pengaruh kuat bagi kehidupan sosial dan politik di Bali, yang pada akhirnya mendorong terjadinya perubahan dalam berbagai aspek.

Begitu banyak perubahan dalam masyarakat Bali belakangan ini. Ada perubahan yang menurut sebagian orang bisa jadi positive, ada juga yang negative. Ada perubahan yang menurut sebagian orang bisa jadi baik, ada juga yang tidak baik.

Pop Bali merangkum perubahan-perubahan tersebut, per 2013 ini, menjadi sepuluh perubahan yang paling drastis sehingga sangat terasa, dan layak untuk dicatat.

Inilah “10 Perubahan Paling Drastis Dalam Masyarakat Bali Per 2013”

1. Perubahan Mata Pencaharian


Sebelum era 70an, mata pencaharian masyarakat Bali lebih banyak sebagai petani dan sebagian kecilnya pedagang. Di era 80an, mata pencaharian mulai bergeser ke pegawai pariwisata (pegawai hotel, travel, guide, sopir travel, dlsb) dan pengerajin.

Belakangan ini, berbagai macam profesi di jalani oleh masyarakat Bali; mulai dari pedagang HP hingga pedagang narkoba, mulai dari pengusaha hotel hingga pengusaha café remang-remang, mulai dari calo tanah sampai calo perkara, mulai dari moderator talk show sampai key speaker seminar, mulai dari tukang parkir sampai tukang tagih (debt-collector).

Silahkan periksa status pekerjaan yang tercantum di KTP, berapa orang yang masih mencantumkan “petani”? Hanya ada di desa-desa sana, itupun mungkin jumlahnya sudah sangat sedikit.

2. Perubahan Aktivitas dan Etos Kerja


Dalam era dimana sebagian besar masyarakat berstatus petani, etos kerja masyarakat Bali mungkin terlihat lamban dan cenderung santai. Tentu saja, karena aktivitas bertani memang tidak bisa diburu-buru, semua memakai hitungan masa (misalnya: padi baru bisa dipanen setelah berusia 3 bulan, tidak bisa dipercepat).

Banyaknya waktu luang inilah yang membuat masyarakat Bali, di era itu, selalu punya waktu untuk aktivitas-aktivitas berkesenian dan melestarikan budaya (misalnya: mekekawin, megeguritan, megenjekan, megambel, menari, main arja, ngerindik, meniup seruling, membaca lontar, dlsb). Sehingga bagi orang di luar Bali, etos kerja masayarakt Bali pada saat itu dianggap santai.

Etos kerja masyarakat Bali saat ini sudah berubah drastis, menjadi super sibuk, “time-is-money” kata mereka. Perubahan ini tentu terjadi akibat perubahan mata pencaharian yang begitu drastis dan ledakan angkatan kerja yang mengakibatkan kempetisi menjadi begitu ketat. Libur sehari untuk menengok upacara keluarga misalnya, jatah antrean nyupir di halaman hotel sudah diambil-alih orang lain. Tutup kantor sekali, pelanggan sudah marah-marah.

Sehingga, hampir sudah tidak ada waktu lagi untuk ‘menyama-braya’. Melihat orang bertegur sapa di jalanan, saat ini, adalah kejadian langka, ajaib, atau malah dipandang aneh (“terlalu basa-basi, lebian tutur,” kata mereka), kecuali di desa-desa yang jauh di kaki bukit sana.

3. Perubahan Nama


Mungkin bisa diperdebatkan. Tetapi ini fakta bahwa perubahan penggunaan nama di kalangan masyarakat Bali, dewasa ini, tergolong drastis.

Generasi yang lahir sebelum tahun 70an masih banyak yang menggunakan nama yang menurut masyarakat di luar Bali, unik. Disebut unik karena benar-benar hanya ada di Bali. Misalnya: I Wayan Konten, I Made Simpen, I Gede Dokar, Ni Luh Pujut, Anak Agung Gede Raka, I Putu Danu, AA Putu Keramas, Ni Nyoman Ceraki.

Di Era 70-80, penamaan anak sudah mulai bergeser ke nasional, meniru nama artis ibu kota atau tokoh publik: I Gede Doni (aktor Doni Damara), I Kadek Toni (artis Toni Koeswoyo), Anak Agung Jhoni (aktor Jhoni Indo), Ida Ayu Mariana (artis Dina Mariana), I Putu Deni, I Kadek Edi, Putu Gede Budianto, dan lain sebagainya.

Sekarang, perubahan penamaan anak sangat drastis. Ada 2 trend yang paling menonjol menurut Pop Bali, yaitu:
nama yang mengarah ke ‘kebarat-baratan’ (mereka menyebutnya “international name”); atau
nama yang ‘ke-india-indiaan‘ (konon “kembali ke Hindu murni yang berpusat di India”)

Yang mungkin menjadi aneh bagi masyarakat di luar Bali—terutama yang pernah tinggal lama di Bali—adalah adanya kecenderungan untuk tidak menggunakan “I” atau “Ni” di depan nama, sehingga namanya menjadi: Made Joddie Sijatmika, Luh Cyntia Nugraha, Ayu Michelle Arianta, Putu Ambrose Kusuma, atau Nyoman Sri Siva Kemala Devi, Ida Bagus Krishna Aditama, Anak Agung Istri Vedayanti Uttari.

Yang tak kalah menariknya, dahulu banyak orang tua yang dipanggil dengan menggunakan nama si kecil (anaknya), misalnya: I Gede Batur yang punya anak perempuan Ni Ronji dipanggil “Pan Ronji”, dan istrinya dipanggil “Men Ronji”.

Sekarang kebalikannya; nama Ayah atau keluarga besar (biasanya yang paling terkenal) yang dijadikan nama belakang oleh si anak, atau nama suami yang dijadikan nama belakang oleh si Istri—layaknya ‘family name’ dalam budaya barat. Misalnya: Ayu Michelle Arianta di atas adalah puterinya yang terhormat bapak anggota dewan I Putu Arianta, SSos, MM. Dahulu Bali tidak mengenal istilah “nama keluarga (besar)”, sekarang kenal.

Ciri khas nama orang Bali, kini, nyaris tak berbekas kecuali Putu, Wayan, Made, Nyoman, Nengah, dan Ketut yang masih digunakan, itupun tanpa “I” atau “Ni” di depannya. Konon, menurut pendapat sebagian orang, “supaya kelak si anak siap menyongsong era globalisasi.” Semoga.

4. Perubahan Bahasa


Sepuluh tahun lalu kita masih sering mendengar percakapan, di warung-warung atau terminal, yang menggunakan bahasa Bali murni tanpa dicampur dengan bahas lain. Saat ini, sulit ditemukan. Satu-satunya wilayah dimana bahasa Bali cukup sering digunakan hanya di desa-desa, itupun sudah bercampur-campur, sejak siaran sinetron TV nasional mulai merambah hingga ke pelosok-pelosok. Sebagian besar masyarakat Bali sudah lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Beruntung karena sampai saat ini sekolah masih mengajarkan bahasa Bali, meskipun dalam porsi waktu yang sangat minimal.

Disamping masalah efektifitas (berbahasa Bali konon “ribet”), banyak juga yang beralasan bahwa menggunakan bahasa Indonesia bisa meminimalkan kesalahan dalam menggunakan bahasa ‘sor-madia-singgih’.

5. Perubahan Busana


Dahulu, yang namanya ‘kamen’ (kain) adalah pakaian sehari-hari. Saat ini kamen hanya digunakan dalam acar-acara tertentu seperti: persembahyangan atau upacara dan upakara adat. Selebihnya, pria dan wanita Bali sudah seperti layaknya pria dan wanita modern—memakai celana panjang atau pendek.

Dahulu, pakaian adat Bali menggunakan pakem tertentu, setiap detail pakaian mengandung makna simbolis. Sekarang, pakaian pengantin pria Bali misalnya, sudah sulit dibedakan dengan pakaian adat Sumtera yang menggunakan ‘Baju Bodo’ atau boleronya Aziz Gagap di acara OVJ. Sudah jauh dari pakem aslinya.

Perubahan ini, tentu tak lepas dari proses industrilisasi secara umum—dimana makin cepat perubahan, makin pendek siklus, makin tinggi permintaan, makin banyak yang bisa diproduksi, makin banyak uang mengalir ke dalam rekening.

6. Perubahan Makanan dan Minuman


Selera makan orang Bali juga sudah banyak mengalami perubahan. Makanan khas Bali biasanya pedas, banyak merica dan rempah. Sekarang sudah tidak ada bedanya dengan masakan jawa atau padang, cenderung manis atau sedang. Itupun belum cukup bagi masyarakat Bali saat ini; dagang bakso dan soto selalu lebih ramai dibandingkan dagang nasi lawar atau siobak Buleleng. Ini jelas representasi dari pergeseran selera makanan.

Yang namanya ‘berem’, sudah langka. Selera minum orang Bali saat ini adalah beer atau wine. Dahulu orang Bali tak kenal yang namanya ‘kebab turki’ atau ‘sashimi’. Sekarang, gerai makanan cepat saji seperti ini telah menjamur dan selalu dipadati oleh masyarakat Bali.

7. Perubahan Gaya Hidup dan Pergaulan


Mata pencaharian dan profesi yang berubah juga berakibat pada perubahan gaya hidup. Aktivitas dan kehidupan masyarakat Bali di jaman dahulu yang lebih banyak berada di sekitar desa dan balai banjar kini sudah jauh bergeser.

Atu Aji, Gung Aji dan Pak De yang dahulu selalu punya waktu untuk mekekawin di balai Banjar, kini sudah lebih sering nongkrong di “Kudeta” atau “Blue Eyes”—untuk entertain relasi bisnis. Pak Wayan, Pak Made dan Pak Ketut yang dahulu sering main Arja sekarang sudah sibuk seminar ini-itu dan sosialiasi ini-itu, untuk menggalang simpati, suara dan dukungan pileg dan pilkada.

Atu Biyang dan Bik I Luh yang dahulu sering terlihat ‘nyait tamas’, kini lebih sering pergi ke pusat-pusat perbelanjaan, butiq atau SPA. Gus Tu, Gung De dan Yan Ajus yang dahulu rajin megambel sekarang sudah lebih sering track-trackan di lapangan Renon atau balapa mobil gelap di Bypass Ngurah Rai ala film “Fast and Furious”.

8. Perubahan Orientasi dan Pola Pikir


Ledakan pertumbuhan penduduk ditambah transmigran dari luar pulau, membuat kompetisi hidup di Bali menjadi semakin ketat. Diantara masalah-masalah hidup lainnya, survivalitas kini telah menjadi perioritas utama. Masyarakat Balipun tidak terkecuali.

Orang Bali dahulu, yang dikagumi oleh orang barat, menempatkan norma di atas segalanya, apa-apa menggunakan ukuran normatif, mereka memegang prinsip “lek” (malu, nggak enak), bahkan untuk mengambil sesuatu yang menjadi haknya sekalipun. Itu sebabnya orang asing senang dan percaya sepenuhnya dengan orang Bali. Bukan karena orang asingnya pelit atau memanfaatkan sifat pemalunya orang Bali jaman dahulu, melainkan karena sangat menghargai pola pikir dan orientasi orang Bali yang jauh dari ketamakan.

Orang Bali yang sekarang, cenderung pragmatis; kalau sudah urusan uang/harta tak ada istilah “lek”. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana para pedagang acung, di daerah wisata, yang kerap setengah memaksa turis untuk membeli barang dagangannya. Ada juga kasus dimana orang Bali yang dipercaya mengelola perusahaan oleh orang asing, mengambil-alih perusahaan tersebut karena namanya dipakai di dalam akte perusahaan. Contoh lainnya adalah penjualan barang-barang pusaka warisan leluhur, pencurian ‘pretima’, dan lain sebagainya.

Ada pergeseran pola pikir dan orientasi yang sangat drastis di Bali. Yang namanya ‘saling asah-asih-dan-asuh’, saat ini, hanya bisa di temukan di lontar-lontar atau acara ‘dharma wacana’ (kotbah), sulit kita temukan dalam pelaksanaan sehari-hari.

Ajakan “Lan dum pada mebedik” (=meskipun sedikit ayo kita bagi bersama) sudah kian jarang terdengar. Individualitis mendominasi kebersamaan. Keuntungan diri sendiri dan kelompok adalah segalanya. ‘Pang kuala untung’ (=yang penting untung), ‘pang kuala maan pis’ (yang penting dapat uang), ‘pang kuala menang’ (=yang penting menang), akhirnya ‘pang kuala misi kenehe’ (=yang penting segala ambisi keturutan).

Apa-apa yang penting untung. Apa-apa yang penting uang. Ketidaksanggupan ‘ngayah’ (gotong royong) misalnya, sekarang sudah bisa diganti dengan ‘dosa’ dalam bentuk uang, yang penting ‘nu maan susuk’ (=masih dapat selisih antara penghasilan dengan bayar denda). Kesibukan berupacara dan berupakara, saat ini, tidak harus mengundang banjar, sudah bisa digantikan oleh event organizer dan catering—yang penting punya uang.

Entah disadari atau tidak, kekaguman dan kepercayaan orang asing terhadap kesederhanaan pola pikir dan orientasi orang Bali saat ini, sudah jauh merosot dibandingkan dahulu. Dahulu, banyak orang asing yang mengadopsi orang Bali untuk dijadikan anak atau saudara, bahka sampai mewariskan harta bendanya. Sekarang? Jarang atau mungkin memang sudah tidak pernah ada lagi.

9. Perubahan Etika


Seiring dengan gaya hidup, orientasi, dan pola pikir, etikapun mengalami perubahan yang cukup drastis—baik dari ucapan maupun perilaku.

Figur seorang ‘guru’ (rupaka, pengajian dan wisesa) dahulu adalah sosok yang sangat dihormati di Bali, di dengarkan wejangan dan arahannya, dimanapun berada. Saat ini, sudah nyaris tanpa batas.

Guru Rupaka (ayah dan ibu) hanya terhormat bila mampu membelikan berbagai fasilitas yang diinginkan oleh anak. Guru Pengajian (guru sekolah) hanya disegani di lingkungan sekolah, di luar sekolah sudah tidak dianggap siapa-siapa. Guru Wisesa (pemerintah) hanya dihormati saat masih pegang stempel institusi—menjabat. Begitu tidak berkuasa, sudah tidak dihormati lagi.

Tentu degradasi etika ini bukan salah generasi muda semata. Bagaimanapun juga mereka banyak mencontoh perilaku sang guru. Anak-anak menjadi tidak mendengar ucapan orang tua karena acapkali ucapan ayah dan ibu tidak bisa dipegang, plin-plan dan membuat pengecualian-pengecualian untuk kenyamanan diri sendiri. Kebutuhan akan kehangatan orang tua digantikan dengan benda mati. Otonan sudah digantikan dengan hadiah pesta ulang tahun di cafe, mobil dan ticket berlibur.

Murid menjadi tak segan di luar sekolah karena para guru menempatkan anak didik bukan sebagai anak asuh, melainkan sebagai pelanggan yang membayar uang sekolah dalam jumlah tinggi.

10. Perubahan Agama


Bukan hanya bagian luar, perubahan drastis juga terjadi hingga ke bagian dalam, yaitu: agama.

Di kalangan orang Bali sendiri banyak yang mengkhawatirkan kemungkinan perubahan status Bali sebagai “pulau seribu Pura” sebentar lagi tinggal kenangan.

Ada 2 perubahan, dalam hal agama yang dianut oleh orang Bali, yang menonjol belakangan ini, yaitu:
Pertama, munculnya perbedaan sekte-sekte diantara penganut Hindu sendiri, yang kian tajam belakangan ini. Dahulu nyaris tak ada perbedaan sekte-sekte, yang ada hanya “Hindu Bali”. Kesadaran masyarakat Bali untuk konon “kembali ke Hindu murni” yang berpusat di India, justru menimbulkan sekte-sekte. Bahkan konon ada yang sampai tidak ‘mesebelan’ (berdukacita) ketika ada anggota keluarga beda sekte meninggal.
Kedua, adanya konversi orang Bali yang semula penganut Hindu ke non-Hindu yang juga massif terjadi di Bali. Konversi yang paling menonjol adalah dari Hindu ke Katolik dan Kristen. Konversi dari Hindu ke Islam pun belakangan ini juga kian meningkat—terutama melalui proses pernikahan.

Dahulu, bagi mereka yang ada di luar Bali, setiap orang yang menggunakan nama I Putu, I Gusti, Anak Agung, atau Ida Bagus, Ni Luh, Gusti Ayu, Agung Ayu, sudah pasti penganut Hindu. Saat ini? Belum tentu. Bali yang sekarang sudah sangat kompleks. Untuk melihat apa agama yang dianut oleh orang Bali masa kini, tidak cukup hanya mengetahui namanya, masih perlu melihat hal-hal lain, misalnya: apakah lengannya mengenakan benang ‘Tri Datu’ (gelang benang berwarna ‘merah-hitam-putih’)? Apakah pernah menggunakan ‘bija’ (bijih beras) di dahinya?

Itulah sepuluh perubahan paling drastis, dalam masyarakat Bali per 2013 ini, yang berhasil dirangkum dan dicatat oleh Pop Bali. Apakah itu perubahan positive atau negative? Apakah perlu dikoreksi atau tidak? Pop Bali hanya bisa membeberkan, anda pembaca (khususnya masyarakat Bali sendiri)-lah yang berhak menilai.

Sumber : http://popbali.com/10-perubahan-paling-drastis-dalam-masyarakat-bali-per-2013/

Tuesday, December 15, 2015

Dimana Jasa Raharja Dapat Uang Bayar Asuransi Kecelakaan?

www.nyamenusanet.blogspot.com - Pernah mendengar SWDKLLJ ??? coba bro2 semua perhatikan STNK kendaraan. Ketika kita membayar pajak kendaraan secara tidak langsung kita akan dikenai biaya SWDKLLJ. Trus SWDKLLJ itu apa ??? fungsinya buat apa ???



Yup, SWDKLLJ merupakan kepanjangan dari Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Nah dengan membayar SWDKLLJ setiap bayar pajak kendaraan, secara tidak langsung diri kita terdaftar ikut asuransi yang dikelola oleh perusahaan BUMN yang bernama Jasa Raharja (bukan Jaja Miharja loh hehehe…). Besarnya tarif SWDKLLJ tergantung dari jenis kendaraan. Untuk motor berkapasitas mesin 50 cc s.d. 250 cc akan dikenai tarif Rp35rb. Sedangkan untuk jenis sedan, jip dsb sebesar Rp143rb.

Manfaat yang diperoleh dari SWDKLLJ adalah kita mendapat perlindungan asuransi jika terjadi kecelakaan lalu lintas. Besarnya santunan yang diberikan oleh Jasa Raharja berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 yakni :

- Meninggal Dunia, sebesar Rp25 juta
- Cacat Tetap (Maksimal), sebesar Rp25 juta
- Biaya Rawat (Maksimal), sebesar Rp10 juta
- Biaya Penguburan, sebesar Rp2 juta

Bagaimana cara memperoleh santunan ???

1. Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat.
2. Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan (laporan kecelakaan dari pihak kepolisian ato pihak berwenang, surat keterangan kesehatan dari dokter yang merawat/RS, KTP/identitas korban/ahli waris korban).
3. Jika korban luka2 maka dilampirkan kuitansi biaya perawatan & pengobatan yang asli sedangkan jika meninggal dunia maka diperlukan Kartu Keluarga ato Surat Nikah.
4. Hak santunan menjadi gugur jika pengajuan lebih dari 6 bulan sejak terjadinya musibah ato tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan sejak hak santunan disetujui oleh Jasa Raharja.

Oh ya, santunan ini diberikan tidak hanya kepada seseorang / pengemudi tetapi juga berlaku kepada para penumpang yang ikut menjadi korban kecelakaan.

Jadi jangan telat

Friday, November 27, 2015

Tips Hebat Wisata Keliling Bali

Nyamenusanet.blogspot.com - Harus diakui, Bali dalam dua tahun belakangan ini sudah sangat komersial. Semua kebutuhan dan perlengkapan liburan di Bali bisa dibilang selangit harganya. Maklum, Bali memang sudah destinasi wisata dunia. Baik wisata perorangan maupun jenis wisata lainnya seperti MICE atau bisnis. Bahkan Bali sudah masuk destinasi favorit untuk menggelar acara pernikahan, baik bagi orang Indonesia dan luar negeri.

Di satu sisi, kita patut bangga memiliki pulau dewata nan menawan ini. Di satu sisi orang Indonesia sendiri agak kesulitan untuk menikmati Pulau Bali. Alasan keuangan adalah yang utama. Tiket pesawat dan transportasi sudah mahal, sulit menemukan tiket pesawat yang ramah dengan kantong. Tiket promo pun kadang masih dirasa mahal.

Tapi jangan berkecil hati. Masih banyak cara untuk menekan bujet saat liburan di Bali. Walau banyak uang tersedot ke harga tiket, kita masih bisa menekan bujet di kebutuhan lainnya. Menekan bujet ini tidak harus mengurangi kenikmatan liburan juga kok.

Berikut beberapa tips dari KompasTravel saat liburan ke Bali, terutama kota Denpasar dan sekitarnya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan di Pantai Seminyak, Bali, Minggu (6/4/2014).

Sewa motor Paling mahal dan sulit untuk jalan-jalan di Bali adalah transportasi. Bus umum belum ramah dengan para turis atau tamu. Taksi untuk jarak dalam kota pun mahal sekali dibanding kota Jakarta. Dari kawasan pantai Sanur ke pantai Kuta saja misalnya, bisa sampai Rp 200.000 sekali jalan. Apalagi mau keliling kota atau jalan antar kota. Bisa sampai sejuta lebih perhari. Belum lagi ketersediaannya tidak selalu ada di beberapa tempat tertentu.

Bus umum yang mudah adalah Sarbagita, semacam bus trans dalam kota Denpasar. Bus Sarbagita adalah opsi yang bagus dan menarik, murah juga. Namun bus ini tidak bisa mencapai ke kawasan wisata yang jauh atau pedalaman.

Sewa motor adalah pilihan yang paling tepat. Harga murah, rata rata Rp 100.000 - Rp 200.000 perhari dengan sistem lepas kunci atau membawa sendiri dengan jaminan KTP atau lainnya. Kadang kalau beruntung atau di kawasan non komersial bisa mendapat harga sewa motor lebih miring lagi, sekitar Rp 50.000 s.d 75.000 per hari. Ini info Sewa motor Murah di Bali.

Bagi yang jalan rombongan bisa sewa mobil. Agak jarang menemukan sewa mobil dengan sistem lepas kunci. Biasanya harus sewa sopir sekalian tapi belakangan makin banyak juga sewa mobil dengan sistem sewa kunci ini. Jatuhnya bisa murah kalau patungan.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI 

Ratusan wisatawan domestik dan asing menikmati pesona sekitar Pura Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, awal Juni 2012. Obyek ini menjadi salah satu unggulan Pulau Dewata setelah Pantai Kuta di Kabupaten Badung karena letaknya juga berdekatan. Rona tenggelamnya matahari menjadi pemandangan tak terlupakan di Tanah Lot.

Hotel murah bukan berarti gaya backpacker Dulu hotel murah pasti diartikan gaya backpacker. Tinggal di dorm, kecil, berantakan, dan lain lain. Sekarang sudah tidak zaman. Hotel murah tidak harus hotel backpacker. Di Bali, hotel macam ini banyak di kawasan pantai Kuta. Kawasan pantai Sanur juga sudah mulai banyak hotel murah.

Dengan harga Rp 150.000 – Rp 300.000 sudah bisa dapat kamar dengan ber-AC dan terpenting adalah bersih. Tipsnya adalah rajin-rajinlah mencari informasi dan rekomendasi, pasti dapat. Banyak pelancong yang berani tanpa pemesanan, berputar-putar di kawasan Kuta dan bisa menemukan hotel murah.

Destinasi wisata gratis dan murah Berwisata itu tidak harus ke tempat yang mahal dan mewah. Kalau mau yang gratisan juga ada dan mudah. Yang pasti, pantai di Bali itu gratis. Keindahan pantai Bali itu tidak membosankan, bahkan ngangenin kalau kata orang. Selalu membuat kita ingin balik lagi, apalagi suasana senja. Romantis.

Banyak yang mengatakan Kuta membosankan, berubah ramai dan kotor, kebanyakan bule-nya atau umpatan lainnya. Faktanya, Kuta tetap pantai eksotis favorit banyak wisatawan. Rasanya belum ke Bali kalau belum ke Kuta.

Pura Besakih dan Tanah Lot misalnya, tiketnya masih di kisaran harga Rp 10.000 – Rp 20.000. Hanya beberapa yang mahal seperti Taman Safari atau taman Burung Bali yang tiketnya di atas Rp 100.000.


KOMPAS.COM/SRI LESTARI Nasi megibung, makanan khas Bali, berisi aneka lauk pauk dan sayuran.

Makan di kedai atau warung
Tips terakhir adalah makanlah di kedai atau warung biasa. Kedai macam ini banyak mudah ditemui di pinggir jalan. Hindari makan di kawasan wisata, biasanya mahal. Satu menu bisa sampai Rp 50.000 bahkan lebih.

Jalan saja sedikit keluar kawasan wisata, biasa ada kedai murah. Kalau makan di kedai biasanya sekitar Rp 20.000 – Rp 30.000. Kalau menu biasa saja juga bisa antara Rp 15.000 – Rp 20.000

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2015/04/30/085616127/Tips.Hemat.Liburan.di.Bali.

Monday, November 16, 2015

Empat Obyek Wisata Nusa Penida yang Mulai Tersohor

nyamenusanet.blogspot.com - Di kawsan wisata Pulau Nusa Penida, Anda dapat menemukan pantai yang indah dan tempat lainnya yang masih murni yang berkonservasi untuk melindungi beberapa tanaman, burung, sekaligus penyu. Ketika menyelam di Pulau Nusa Penida, Anda akan cenderung melihat pelagis besar, seperti Manta Ray (Manta Birostris) di beberapa lokasi dan Mola Mola (Sunfish Kelautan). Jika lucky, Anda dapat melihat hiu paus disini.
Berikut adalah tempat plesiran di Nusa Penida:

1. Pasih Uug


image source: flickr.com

Pasih Uug berada di daerah Banjar Sompang, Desa Sakti tepatnya di Nusa Penida sebelah barat. Untuk menuju lokasi ini, harus mau melewati jalan setapak yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Akses jalan menuju salah satu objek liburan di Nusa Penida ini masih tergolong sulit dan susah karena belum semua jalan sudah diaspal.

2. Mata Air Temeling


image source: nusapenidamedia.com

Tempat liburan di Nusa Penida ini bertempat di Desa Batu Madeg. Untuk tiba di lokasi ini harus berjalan kaki sekitar 1 jam karena lokasi wisata ini berada di bawah tebing, harus melalui hutan yang dipenuhi dengan semak untuk bisa menuju mata air. Dari penuturan masyarakat setempat, tempat ini juga bernama Natural Swimming Tembeling. Di tempat ini diperbolehkan untuk berenang di Mata Air dan disarankan untuk berhati-hati karena ada sebuah kabar yang mengatakan bahwa mata air ini tidak mempunyai dasar.

3. Pantai Penida


image source: kunyar.wordpress.com

Pantai yang menjadi lokasi wisata favorit di Nusa Penida ini berlokasi di Desa Sakti, di kawasan Banjar, Penida. Disini punya pemandangan yang indah dengan pasir putihnya, ada juga sebuah pulau kecil di tengahnya yang diapit oleh dua bukit hijau, tempat ini sangat tepat untuk menghilangkan rasa penat dari kesibukan sehari-hari.

4. Pantai Atuh


image source: fototara.com

Objek wisata di Nusa Penida yang satu ini bernama Pantai Atuh yang berlokasi di daerah Banjar Pelilit, Desa Pejukutan, Bali. Untuk menuju Pantai Atuh harus dengan berjalan kaki kurang lebih 45 menit dengan menyusuri tegalan serta tebing bukit yang curam tetapi punya panorama yang indah. Pantai Atuh merupakan pantai yang dianugerahkan oleh Dewata kepada siapapun yang datang ke Bali. Pantai ini punya pasir putih yang indah dan sangat lembut sehingga pengunjung betah berada disini. Memang membutuhkan sedikit usaha untuk mencapai lokasi ini, tapi panorama dan keindahan Atuh yang jauh mempesona dapat membayar rasa lelah setelah berjalan jauh.

Sumber :  http://plesiryuk.com/objek-wisata-di-nusa-penida/wisata-alam-favorit-di-nusa-penida-bali

Wednesday, October 28, 2015

Dalem Pingit Sebatu - Panglebur Mala dan Nunas Panugrahan

nyamenusanet.blogspot.com - Sebatu merupakan sebuah Desa yang memiliki banyak tempat spiritual yang besejarah, PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA

Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.

Untuk mencari tempat pengelukatannya,bertemu 2 buah patung yang ngengapit jalan masuk pertama,menghaturkan canang sari + rarapan yang sudah disiapkan dari rumah disana juga tersedia perlengkapan persembahyangan seandainya lupa atau perlengkapannya ketinggalan di rumah. Selanjutnya menyusuri jalanan menurun dengan beberapa anak tangga.bagi pemula memang dirasakan sangan jauh dan melelahkan tetapi kalau disekitar anak tangga ditemani dengan udara yang sejuk dan suara gemercik air dari selah-selah bebatuan,kadang kala kicauan burung yang seakan memberikan semangat untuk melewati tangga-tangga itu.

Sarana-Sarana untuk penangkilan / melukat disini yaitu:
1. daksina pejati,terutama bagi mereka yang pertama kali melukat.
2. .pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas
3. sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.
4. Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali, pakaiannya langsung di pakai melukat atau boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.
Tempat pengelukatan

Tata cara melukat adalah sebagai berikut :
1. melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan seperti purnama, kajeng kliwon.
2. usai sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3. setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.

Air terjun yang terdapat di Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, sudah ada sejak dulu. Memang awalnya sudah napet, air terjun yang tidak begitu tinggi adalah kehendak alam yang mengucur sepanjang zaman. Hanya saja, belum dikenal sebagai genah (tempat) malukat.

Dikatakan Made Mantra bersama rekannya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalem Pingit, awalnya ada pemandu wisata (guide) dari Sebatu juga. Namanya Wayan Yudhi, mengantar tamu mandi. Kejadian tersebut tanggal 19 Nopember 2007, bertepatan rarahinan Kajeng Kliwon di mana bagi umat Hindu di Bali, Soma (Senin) Kajeng Kliwon dipandang sebagai hari keramat. Tamu yang diajak oleh Wayan Yudhi adalah tamu asing. Anehnya, tamu asing merasakan ketakutan dan lari. Tamu itu bercerita dan merasa kaget dan terkejut.

Pasalnya, tamu itu merasakan atau menemukan airnya berwarna. Berdasarkan cerita yang mengagetkan itu, masyarakat pun tidak menyia-nyiakan waktu dan ingin mengetahui apa yang terjadi di pasiraman tersebut. Warga setempat, kata Jro Mangku Made Mantra, beramai-ramai mendatangi lokasi, ingin melihat secara langsung. Tamu pun menceritakan dari mulut ke mulut bagaikan promosi. Pemandu wisata juga bercerita tentang terjadinya keunikan di lokasi air terjun yang kini disebut pasiraman Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti.

Setelah heboh dan disaksikan oleh warga Sebatu, ternyata benar ada keunikan, di mana airnya berwarna yaitu warna Warna putih keruh, seperti air beras, warna seperti air teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan tampak keruh (puek), tapi ada juga tidak berwarna sama sekali (murni) .
Setelah malukat, air yang ada di bawah kembali normal, artinya tidak berwarna lagi. Jro Mangku tidak berani spekulasi, apakah warna tersebut penyakit yang keluar dari mereka yang malukat, Jro Mangku enggan memberikan komentar, nanti takut salah.

“Yang jelas, kalau ada orang malukat, airnya menjadi keruh dan berwarna, tergantung orang yang malukat. Hanya saja, tidak semua mampu melihatnya. Terkadang bisa dilihat oleh orang banyak,”ujar I Made Mantra dengan heran.

Cerita demi cerita, di mana kebenaran air ada keunikannya dengan adanya tiga warna, prajuru Desa Sebatu mengadakan paruman atau Jro Mangku bilang mengadakan pararem. Dalam pararem diputuskan pada tanggal 24 Nopember 2007 bertepatan rarahinan Tumpek Landep (Sabtu, Kliwon, Landep). Dilakukan pamendakan tirta yang keluar di tempat. Setelah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, digelar pararem kembali mohon secara niskala kepada Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang.

Dengan adanya berbagai keunikan, berdasarkan bawos niskala juga, tidaklah salah air atau tirta yang menjadi pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti banyak menyimpan rahasia. Seperti dikatakan Jro Mangku Made Mantra yang sudah menjadi pamangku sejak kelas 2 SD, terdapat berbagai fungsi dari tirta yang ada dipasiraman. Dari kegunaan yang telah menjadi paican Ida Bhatara adalah: Kageringan, kageringan Pegawian Teluh Desti Teranjana, yang belum punya keturunan, juga sudah terbukti.

Tidak hanya sampai di sana, sekali lagi, prajuru kembali menggelar paruman (pararem) mohon petunjuk di mana dapat keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan dipersilakan (kahaturan) melihat tempat malukat tersebut. Atas petunjuk yang ada, selanjutnya dibuatkan palinggih.

Setelah datang Jro Makalihan dan melakukan sembahyang, lagi karauhan (dites) dengan api. Ternyata yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah dengan air. Dengan dilakukan acara tersebut, ternyata Ida Bhatara lagi mapaica secara niskala, dikatakan tirta yang keluar dari goa, adalah panugran Ida Dewi Uma.
Khusus bagi yang belum punya keturunan atau momongan, terutama pasangan suami istri, agar melakukan panglukatan sesering mungkin. Dianjurkan pasangan suami istri melakukan malukat bersama. Paica yang satu ini sudah dibuktikan dengan adanya umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang datang dari Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianhttps://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4029722753356270352#editor/target=post;postID=1759879563666479306yar dan banyak lagi yang datang naur sasangi (membayar kaul yang dimohonkan ketika malukat). Sekali lagi, harap Jro Mangku, bagi yang belum punya keturunan agar malukat bersama lanang-istri.

Berbagai keunikan sering terjadi. Jro Mangku bukan menakut-nakuti, asal tahu saja kejadian-kejadian yang sering terjadi di lokasi malukat. Sementara pantangan secara khusus tidak ada. Hanya saja, bagi yang kotor kain usahakan jangan berani melakukan panglukatan di sana. Karena sudah sering terjadi dampak bagi yang sakit maupun yang ingin mendapatkan paican Ida Bhatara.

Pantang Ajak Rare Belum Ketus Gigi
Diterangkan Jro Mangku Made Tantra yang ngayah di Pura Kusti dan Pura Melanting, Atas bawos niskala ini, Ida malinggih ring Sanghyang Klakah. Di mana tirta yang medal atau muncul dari goa tersebut merupakan pasiraman di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Bawos niskala mengatakan “Anak alit (anak kecil) belum ketus gigi (tangal) tidak boleh malukat di tempat tersebut. Ini bawos niskala, bukan mengada-ada dari prajuru,” tegas Jro Mangku Mantra apa adanya.
Tangga menuju Tempat pengelukatan

Berapa kali pun kesana tak pernah bosan dan menyerah karena begitu banyak hal positif yang di dapat disana,yang merasa belum pernah kesana coba saja.

Sumber : dikutif dari acount Facebook Dewi Bali
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10203605697822511&id=1817802025&__mref=message_bubble

Tuesday, October 6, 2015

Tari Sanghyang Jaran Di Nusa Penida Festival 2015 Pukau Penonton



nyamenusanet.blogspot.com - "Naga paling, naga paling ngalih toya, ngalih toya dong mebakat, tepuk api dong ceburan". Demikian nyanyian yang terdengar mengiringi tarian Sanghyang Jaran.

11 penari Sanghyang menari di tanah lapang stage 1 Batu Belek Nusa Penida Festival 2015. Nampak 2 penari dewasa dengan pakaian warna merah putih dan 9 penari anak-anak dengan pakaian warna merah putih pula.


Penonton yang berjubel yang mengitari Sanghyang Jaran teridiri dari masyarakat dan wisatawan. Sesekali penari Sang Hyang jaran yang sedang trance keluar dari lingkran penonton.

Di pengunjung acara para penari tanpa menggunakan alas kaki ini menginjak bara api. Bara api padam tanpa menyebabkan para penari kakinya terbakar. Para penonton bertepuk tangan dengan riuh menyaksikan atraksi Sang Hyang Jaran.

Sang Hyang Jaran adalah warisan budaya yang dimiliki Nusa Penida yang masih kini terjaga keberadaannya. Pada Nusa Penida Festival 2015 ini ditunjukkan kepada para wisatawan bahwa Nusa Penida memiliki pariwisata yang komplit.

Sumber : http://sukadanawayan.blogspot.co.id/2015/10/tari-sanghyang-jaran-di-nusa-penida.html

Lomba Perahu Layar Mini Tunjukan Budaya Bahari Nusa Penida

nyamenusanet.blogspot.com - Diikuti 62 orang peserta, lomba perahu layar mini diselenggarakan di depan panggung Nusa Penida Festival 2015 dekat jembatan Kuningan Lembongan Ceningan (4/10/2015). Lomba perahu layar mini diselenggarakan setelah lomba megolok sampan usai. Lomba perahu layar mini juga dilepas Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.

Banyaknya animo peserta lomba perahu layar mini menunjukkan budaya bahari Nusa Penida yang berkembang sejak dulu. Hoby mengkoleksi perahu layar mini kian hari semakin banyak. Bahkan perahu layar yang sering menang lomba dihargai sampai Rp. 3 juta rupiah perbuah.

Lomba perahu layar mini diikuti peserta dari masyarakat Nusa penida Gede dan Lembongan. Para peserta dari Nusa Penida Gede diseberangkan khusus dengan perahu yang disediakan panitia. Panitia menyediakan hadiah untuk juara 1 sejumlah 2.5 juta, Juara 2 Rp. 2 juta rupiah, Juara 3 Rp. 1.5 Juta dan Juara 4 Rp. 1 Juta.

Selain hadiah itu disediakan hadiah hiburan masing-masing Rp. 300 ribu rupiah. Teknis perlombaan siapa yang paling awal masuk gawang, ia yang dikukuhkan panitia sebagai menang. Gawang yang dimaksud adalah dua buah bendera yang ditancapkan ditengah laut.

Bentuk perahu layar mini dirancang seperti perahu layar untuk menangkap ikan oleh nelayan. Ukurannya kurang dari 1 meter, layarnya menggunakan plastik. Saat di lepas, perahu layar di beri tali seperti layang-layang dipegang oleh pemilik. Menuju finish yang telah disiapkan panitia.
sumber : http://sukadanawayan.blogspot.co.id/2015/10/lomba-perahu-layar-mini-tunjukan-budaya.html

Heboh, 1000 Penari Rejang Massal Di Laut Lembongan, Nusa Penida




nyamenusanet.blogspot.com - Di dekat Jembatan Kuning yang menghubungkan Pulau Lembongan dengan Ceningan, 1000 penari rejang menari saat laut mulai pasang (3/10/2015). Didahului dengan upacara pekelem (upacara menenggelamkan sesaji ke laut), penari yang terdiri dari anak-anak, para siswi dan PKK menari rejang.


Tari rejang yang bermakna untuk menyambut hadirnya para dewa-dewi yang turun ke dunia, untuk memberikan keselamatan dan kesejahteraan pada umat manusia, serangkaian dengan pujawali di Pura Bakung Ceningan dan Nusa Penida Festival 2015.


Menurut Ketut Narya Sabha Desa Lembongan mengatakan pekelem dan rejang dewa massal 1000 penari sebagai wujud penghormatan pada Dewa-Dewi yang telah memberi keselamatan dan kesejahteraan, Khususnya Dewa Laut Dewa Baruna. Mengingat Nusa Penida khususnya Lembongan hidupnya dari laut. "Bagaimanapun upaya kita secara skala (duniawi), tanpa restu niskala (Tuhan) semua akan sia-sia. Dan Untuk itu kita mohon keselamatan kepada Beliau", Ketut Narya.

Lebih lanjut Ketut Narya juga mengungkapkan Fenomena isu Buaya yang muncul di laut Nusa Penida adalah tanda-tanda niskala agar kita senantiasa menjaga laut tetap lestari. Ini sangat penting terkait dengan Nusa Penida Festival 2015 dengan slogan Enjoy The Blue Paradise, Nusa Penida Sebagai Surga Biru yang memikat. Laut telah memberikan kehidupan pada laut.

Sementara itu nampak hadir Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, beserta wakil Bupati Klungkung I Made Kasta di panggung bersama dengan penabuh gong. Karena sedemikian antusiasnya warga yang menyaksikan rejang Dewa masaal 1000 penari, jembatan Kuning harus diberlakukan tutup buka karena ramainya.

Ketika tari rejang sudah selesai nampak ada kejadian para penari rejang kerauhan (kerangsukan). Meraka berteriak-teriak dan ada pula menari. Suasana semakin ramai dengan kejadian ini ketika para penonoton perempuan juga ikut kerauhan . Nampak panitia dan para pemuka agama memberikan ketenangan dengan memercikan tirta. Suasana kembali tenang ketika Bupati Klungkung akan memberikan sambutan.
sumber : http://sukadanawayan.blogspot.co.id/2015/10/heboh-1000-penari-rejang-massal-di-laut.html

Monday, September 28, 2015

Karakter Korawa dalam Diri Manusia: Shakuni

nyamenusanet.blogspot.com - Kejahatan Sekarang Tidak Banyak Berbeda Dengan Kejahatan Masa Lalu
“Diperkirakan perang Bharatayudha terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Pada waktu itu sudah ada tokoh yang terkenal culas yaitu Shakuni, patih dari Kerajaan Hastina. Pada saat ini pun masih banyak tokoh yang berkarakter serupa sehingga : “Sejarah berulang. Para pelakunya mungkin berubah, namun jalan ceritanya kurang lebih masih sama. Panggungnya juga masih sama. Ini mengherankan bagi saya, betapa umat manusia tidak banyak berubah selama 5000 tahun terakhir. Kita membuat kesalahan-kesalahan yang sama, blunder yang sama. Kita melakukan kejahatan-kejahatan yang sama.”

Shakuni yang Culas
Shakuni sangat benci kepada Pandu dan keturunannya, Pandawa karena dia sebetulnya menginginkan Kunti sebagai istrinya akan tetapi kalah bersaing dengan Pandu. Shakuni juga tersinggung, karena Gendari, adiknya yang seharusnya menjadi istri Pandu, oleh Pandu dihadiahkan kepada Destarastra yang kedua matanya buta.
Shakuni adalah tokoh politik yang ambisius, culas dan menghalalkan segala cara dalam mencapai ambisinya. Shakuni ahli dalam membuat rekayasa, untuk menghancurkan Pandawa. Karena menginginkan jabatan patih, Shakuni pernah menjebak patih Hastina sebelumnya, Gandamana masuk dalam sumur perangkap dan kemudian menimbun sumur tersebut dengan batu. Kepada Pandu yang waktu itu menjadi Raja Hastina, dia bilang Gandamana tidak cakap memimpin pasukan dan telah tewas dalam pertempuran, sehingga Shakuni diangkat sebagai patih menggantikan Gandamana. Ternyata Gandamana masih hidup dan datang ke Hastina memukuli Shakuni hingga babak belur dan cacat.

Shakuni juga figur amoral
Ketika Bhagawan Abhyasa membagi Minyak Tala yang membuat kulit menjadi kebal, para Korawa tidak mau antri dan berdesak-desakan sehingga Kunti pingsan. Shakuni mendapat kesempatan sambil berdesak-desakan menyingkap kain penutup dada Kunti. Setelah sadar Kunti mengutuk, dia tidak akan memakai kain penutup dada lagi kecuali yang dibuat dari kulit Shakuni dan mulai saat itu Kunti memakai jubah bekas dari Bhagawan Abhyasa. Shakuni juga pernah meracun Bhima dan kemudian bersama para Korawa menceburkan Bhima ke Sumur Jalatundha yang banyak binatang berbisa. Akan tetapi ternyata gigitan binatang-binatang berbisa tersebut justru menawarkan racun Bhima sehingga Bhima bertambah kuat. Shakuni juga pernah mengatur rekayasa permainan dadu sehingga Pandawa kalah dan Drupadi istri Pandawa dipermalukan dan Pandawa diasingkan selama 12 tahun.
Masih adakah orang yang membuat rekayasa menjatuhkan atasannya untuk menggantikan jabatannya? Masih adakah orang yang membuat rekayasa untuk menjatuhkan orang lain? Jiwa Shakuni mungkin sudah merasuki banyak orang sehingga ada kerjasama beberapa pejabat yang mendukung suatu rekayasa.

Shakuni dalam Diri
Dalam diri kita pun mungkin jiwa Shakuni masih hidup. Bila kita membuat rekayasa demi keuntungan pribadi dan tidak peduli pada pihak yang dirugikan maka jiwa Shakuni pun masih berkembang dalam diri. Semua karakter dalam Mahabharata ada potensinya dalam diri kita semua. Baik karakter Korawa maupun karakter Pandawa ada dalam diri kita. Pada zaman dulu Korawa dan Pandawa terpisah, sekarang mereka sudah menyatu dalam diri kita. Semoga pikiran kita jernih dan mau melakoni nasehat Sri Krishna yang juga ada dalam diri kita.

Menghadapi Shakuni dalam Perang Bharatayudha
Dalam perang Bharatayudha, Shakuni ternyata tidak dapat dilukai, bahkan panah Arjuna pun tidak mempan. Bhima pun berkali-kali membanting Shakuni, akan tetapi tubuh Shakuni nampaknya kebal. Krishna mengingatkan Bhima tentang Shakuni yang pernah berguling-guling membasahi kulit tubuhnya dengan minyak tala yang tumpah dari Bhagawan Abhyasa. Bhima akhirnya membuka mulut Shakuni dan mengupas kulit Shakuni dan akhirnya Shakuni mati mengenaskan. Kisah-kisah versi leluhur memang terasa sadis, akan tetapi mungkin itu adalah salah satu cara untuk menyadarkan mereka yang bergelimang dengan kekerasan. Bahasa kelembutan tidak dapat dipahami mereka.
“Paham Tanpa Kekerasan atau Ahimsa tidak berarti kita menerima kejahatan, ketidakadilan, kezaliman, dan sebagainya. Seorang sanyasi memang menjalankan ahimsa, tetapi tidak berarti ia menerima kejahatan dengan cara membisu dan berdiam diri. Bagaimana tanggung jawab sosial seseorang ketika ia memaafkan? Seorang penjahat yang dimaafkan itu bukannya sadar, malah menjadi lebih ganas, lebih buas, lebih liar. Ia pikir dirinya bisa berbuat apa saja dan akan selalu dimaafkan. Dari penjahat kelas teri ia akan menjadi penjahat kelas kakap. Dalai Lama menjawab bahwa bukan demikian maksudnya, Seperti halnya kita (orang-orang Tibet yang terpaksa hidup dalam pengasingan) memaafkan China. Berarti kita berupaya untuk tidak memiliki perasaan negatif terhadap mereka. Tetapi tidak berarti kita menerima perilaku mereka yang salah. Memaafkan tidak sama dengan menerima kejahatan. Jika Anda menerima kejahatan, maka Anda sendiri menjadi jahat. Seseorang yang menerima sampah, menjadi tong sampah.

Memperbaiki Karakter Shakuni dalam Diri
“Zaman dahulu, yang baik dan yang buruk adalah dua kelompok yang terpisah. Mereka dapat dengan mudah dikenali. Kita tidak perlu berpikir dua kali sebelum memberi ganjaran pada yang baik, dan memberi hukuman pada mereka yang buruk. Sekarang, sudah lain ceritanya. Yang baik dan yang buruk eksis di dalam diri orang yang sama. Kita mesti mengembangkan sebuah sistem baru yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman. Ketimbang memberi ganjaran atau hukuman pada seseorang, marilah kita tingkatkan kesadarannya. Orang yang sadar tidak akan berbuat kesalahan. Orang yang sadar menjadi baik bukan karena takut atau karena iming-iming ganjaran, tetapi karena pemahaman, karena kesadaran yang mendalam bahwa menjadi baik adalah hal yang baik.”

sumber : www.facebook.com/agungjoni

Karma Buruk Karna, Karena Kehidupan Masa Lalu? Hukum Aksi-Reaksi atau Sebab-Akibat

nyamenusanet.blogspot.com - “Hukum alam adalah bahasa dunia. Bila lahir dalam dunia dan hidup di dunia ini, kita harus memahami bahasanya. Bila kita menebang pohon seenaknya, banjirlah akibatnya. Itu salah satu contoh dari hukum aksi-reaksi atau sebab-akibat. Dan, ingat itu baru menebang pohon. Bila kita menjadi pembunuh manusia dan makhluk-makhluk hidup lainnya, jangan kira kita akan lolos dari hukuman. Jangan pula mencari pembenaran, bahwa kita membunuh demi … atau untuk … dan atas nama … Mau mencari pembenaran sih boleh-boleh saja, asal tahu bahwa itu tidak akan meringankan hukuman kita. Mengapa nasib buruk selalu menaungi Karna? Apakah hal tersebut tidak terlepas dari hukum sebab-akibat? Apakah Karna sering membunuh dan menyusahkan orang di masa lalunya?

Nasib Buruk Selalu Menaungi Karna
Karna adalah tokoh kontroversial, terlunta-lunta sejak bayi dibuang ibunya, putra Dewa Surya ini selalu memperoleh takdir buruk, dimusuhi Gurunya, direndahkan status kastanya, bahkan diperdaya para dewa dan bahkan oleh Sri Krishna. Hanya Duryodhana, Raja Hastina yang mengangkat derajatnya sebagai Raja Angga, sehingga demi membalas budi kebaikan ia rela mengorbankan nyawa. Sebagai putra Sang Surya, jelas dia adalah ksatria hebat, akan tetapi dalam dirinya juga ada karakter asura masa lalu yang membuatnya menerima nasib buruk.

Adalah Remaja Kunti yang mencoba mantra pemberian Resi Durvasa memanggil Dewa Surya sehingga dia hamil tanpa berhubungan suami istri. Malu akibatnya, sang bayi yang lahir dengan baju lapis baja dan anting-anting tersebut diletakkan dalam keranjang dan dihanyutkan dalam kali. Ditemu dan dibesarkan oleh sais istana Adhiratha dan istrinya Radha, Karna disebut Radheya Putra.
Sebagai remaja berdarah ksatria ia mendekati Drona agar diterima menjadi murid, akan tetapi ditolak karena statusnya sebagai putra angkat sais istana. Menyaru sebagai brahmana remaja, Karna memperoleh pengetahuan senjata dari Parashurama. Pada suatu saat Parashurama tiduran di pahanya, dan seekor kalajengking menggigit pahanya. Agar gurunya tidak bangun, Karna menahan sakit. Sewaktu Parashurama bangun dan mengetahui peristiwa tersebut, sang guru tahu bahwa seseorang yang kuat menahan sakit dari gigitan kalajengking pastilah bukan keturunan Brahmana dan Karna dikutuk, ilmu senjata yang diberikan sang guru akan tidak diingatnya ketika menghadapi saat kritis hidup-matinya.

Meningkat Derajatnya oleh Duryodhana
Pulang dari berguru pada Parashurama, dia bertemu dengan anak perempuan kecil yang menangis karena susu dalam periuk jatuh ke tanah dan takut dimarahi ibu tirinya. Karna kasihan terhadap anak tersebut, dengan kesaktiannya dia meremas tanah basah dan mengembalikan susu ke periuknya. Mungkin Karna tidak sadar, bila sang anak tidak ditolong, dia akan menjadi lebih berhati-hati di kemudian hari. Seorang anak perlu mengalami berbuat salah sehingga bisa memperbaikinya di kemudian. Dewi Bumi murka karena tindakannya dan mengutuk akan memperangkapnya yang akan menjadi penyebab kematiannya.

Dalam suatu turnamen para Kurawa kalah unggul dibanding Pandawa dan Karna akan ikut membantu Kurawa. Bhisma menolak karena status kastanya, akan tetapi Duryodhana mengatakan bahwa Karna sudah diangkatnya sebagai Raja Angga, dan sebagai saudaranya yang pantas ikut turnamen. Sejak saat itu kehidupan Karna berubah dan menjadi pendukung setia Duryodhana. Pada waktu sayembara memperebutkan Draupadi, Karna ikut tetapi masih ditolak karena status kastanya.
Bhisma dan Drona juga menyalahkan Karna yang selalu mendukung keinginan Duryodhana sehingga sifat Duryodhana semakin jahat.

Kehidupan Masa Lalu Karna
Pada zaman Treta Yuga adalah seorang Raja Asura bernama Dhambodbhava yang kuat bertapa. Dia memohon kepada Dewa Surya agar diberikan hidup keabadian. Surya berkata bahwa hal tersebut berada di luar kemampuannya dan oleh karena itu sang asura minta dia dilindungi oleh seribu baju baja yang hanya apat dirusak oleh manusia yang bertapa selama 1.000 tahun. Surya paham bahwa kesaktian tersebut bisa digunakan sang asura untuk kejahatan, akan tetapi dia mengabulkan juga permintaanya. Dengan kesaktiannya, Dhambodbhava menguasai tiga dunia an dikenal sebagai Sahasrakavacha, dia yang memiliki seribu baju baja.

Dewi Murti putri Daksha kawin dengan Dewa Dharma dan melahirkan putra kembar Nara dan Narayana. Mereka berdua dibesarkan di hutan dan mereka dapat saling merasakan apa yang dihadapi salah satunya. Narayana bertapa lebih dari 1.000 tahun sedangkan Nara suka membantu penduduk dari gangguan perampok. Pada suatu ketika Sahasrakavacha menyerang penduduk sekitar hutan tersebut dan berkelahi dengan Nara. Nara ternyata sangat kuat. Sebuah baju bajanya pecah dan beberapa saat kemudian Nara dapat dibunuhnya. Akan tetapi Narayana yang telah ribuan tahun bertapa dan memperoleh mantra Maha Mritunjaya dapat menghidupkan Nara kembali. Nara kemudian bermeditasi dan Narayana bertarung melawan Sahasrakavacha. Demikian berulang-ulang bila salah seorang mati yang lain menghidupkan sehingga baju baja Sahasrakavacha sudah pecah sejumlah 999 buah. Sahasrakavacha yang hanya mempunyai satu baju baja minta perlindungan Dewa Surya. Dewa Surya melindungi sehingga dikutuk akan lahir ke dunia untuk menyelesaikan karma melindungi Sahasrakavacha.

Pada zaman Dvapara Yuga, Sahasrakavacha bersama Dewa Surya lahir sebagai Karna, sedangkan Nara dan Narayana lahir sebagai Arjuna dan Krishna. Arjuna adalah Putra Kunti yang menggunakan mantra untuk memanggil Indra sehingga Arjuna adalah putra Indra. Jauh sebelum perang Bharatayudha, Indra menyaru sebagai pengemis tua yang minta baju baja Karna. Karna yang tersentuh oleh sang pengemis memberikan baju bajanya yang dipakainya sejak lahir.

Kunti Menemui Karna Menjelang Perang Bharatayudha
Kala Karna melakukan puja di suatu senja menjelang matahari tenggelam, Kunti datang dan menceritakan siapa sebenarnya Karna. Karna bangga bahwa dia bersaudara dengan Pandawa, akan tetapi Karna tidak mau dikatakan sebagai pencuri yang tidak mau membalas budi kebaikan Duryodhana yang telah mengangkat derajatnya. Karna berjanji tiak akan membunuh Pandawa kecuali Arjuna yang merupakan ksatria saingannya sejak remaja.

Kunti mengatakan bahwa dia telah melihat dalam impiannya bahwa Karna akan bertarung dengan Arjuna. Dan peristiwa itu adalah buah karma karena dia telah membuang Karna, malu sebagai putri raja melahirkan putra pada waktu masih perawan. Akan tetapi Kunti telah memasrahkan kehidupannya kepada Sri Krishna. Dan dia akan menghadapi segala peristiwa yang akan menimpanya. Kunti meneteskan air mata dan berpesan agar Karna memperbaiki segala kesalahan yang telah diperbuatnya karena mendukung kejahatan Duryodhana dan Kurawa. Karna mengangguk pelan dan meneteskan air mata. Senja itu Karna mohon maaf kepada Dewa Surya, dan hanya ingin berperang membalas budi kebaikan sampai mati.

Perang Bharatayudha
Karna dilarang Bhisma ikut perang Bharatayudha, karena tahu bahwa Karna sebenarnya adalah putra Kunti dan bersaudara dengan Pandawa. Setelah kematian Bhisma dan Drona diangkat sebagai Panglima baru, Karna baru ikut perang. Karna mempersiapkan senjata khusus yang dapat mengejar musuh yang berlari sampai mana pun untuk berperang melawan Arjuna. Akan tetapi Gatotkaca disuruh Krishna memporak-porandakan pasukan Kurawa. Duryodhana segera minta tolong Karna agar pasukan Kurawa tidak hancur. Karna terpaksa menggunakan senjata pamungkasnya untuk membunuh Gatotkaca dan tidak punya senjata pamungkas lagi saat berhadapan dengan Arjuna.
Saat berhadapan dengan Arjuna, pertempuran berjalan dengan sengit, keduanya ahli memainkan senjata. Pada suatu saat roda keretanya terperosok, karena dipegang Dewi Bumi, Karna ingin membaca mantra dari Parashurama, akan tetapi dia lupa semuanya. Dan, kemudian Karna turun memeriksa roda kereta. Arjuna ragu memanah, akan tetapi Sri Krishna berkata tidak ada gunanya kasihan kepada orang yang tak punya kasih, Arjuna diingatkan bahwa Draupadi pernah dipermalukan Kurawa karena mau ditarik kain sarinya dan Karna hanya tertawa-tawa. Diingatkan juga bahwa Karna selalu mendukung Duryodhana yang sering berbuat curang terhadap Pandawa. Tiba-tiba Karna ingat Kunti, ibunya dan Dewa Surya, ayahandanya dan saat itu juga Karna mati karena dadanya ditembus panah Arjuna.

Ketidakadilan Krishna alam Perang Bharatayudha
Bukan hanya Krishna, Bunda Ilahi yang mewujud sebagai Mohini juga berpihak terhadap para dewa dan tidak adil terhadap para asura.

Kita melihat tindakan Sri Krishna yang berpihak pada Pandawa dan tidak adil terhadap Kurawa. Krishna mengajarkan beberapa muslihat kepada Pandawa untuk memenangkan perang melawan Korawa. Krishna mempertimbangkan para Pandawa yang berperang untuk menegakkan dharma, sedangkan Korawa berperang untuk mempertahankan status quo Kerajaan Hastina bagi kepentingan pribadi/kelompok mereka.

Agar Krishna dan Bunda Ilahi berpihak kepada kita, kita perlu melakukan pekerjaan tanpa pamrih pribadi. Resi Agastya mengajarkan agar kita berupaya menjadi devoti Bunda Illahi dengan selalu berbuat “Good Karma”, Nishkama Karma, selfless service, berkarya demi kepentingan alam semesta an jauh dari kepentingan pribadi. Semangat selfless service atau berkarya tanpa pamrih pribadi, dan volunteerism atau jiwa kerelawanan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Semangat gotong-royong adalah bagian dari budaya kita.

“Bhagavad Gita 3:12: Berkarya dengan semangat Pelayanan dan Kerelawanan itulah yang disebut semangat manembah atau ‘sembahyang’ oleh Bhagavad Gita. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan semangat itu menjadi persembahan kepada Hyang Maha Kuasa. Jadi, kita tidak lagi berkarya demi kepentingan diri, keluarga, kelompok, negara, dunia, atau apa saja – tetapi berkarya dengan semangat persembahan. Ketika itu yang terjadi, maka, puas dengan apa yang kau lakukan, alam semesta akan memenuhi segala kebutuhanmu.”

sumber : www.facebook.com/agungjoni

Tuesday, September 22, 2015

Sejarah Bali (Putusnya Bali dengan Jawa yang mula-mula menjadi satu daratan)

nyamenusanet.blogspot.com - Kebanyakan orang-orang menduga, bahwa pulau Bali dengan pulau Jawa asal mulanya menjadi satu daratan. Akan tetapi kapan putusnya kedua pulau itu  , sehingga sekarang terdapat Selat Bali, para achli tiada dapat menentukannya.
          Kisah perjalanannya rombongan Markandeya ketika melakukan perpindahan dari Jawa ke Bali, sama sekali tiada menyebutkan tentang perjalanan mereka itu mempergunakan alat-alat pengangkutan dilaut untuk menyeberang. Hal itu mempertebal kepercayaan orang-orang, bahwa kedua pulau itu bekas menjadi satu daratan, sehingga memungkinkan orang-orang Bali Aga itu berjalan kaki menuju ketempat tanah-tanah yang dibukanya itu.
          Menurut uraian seuah kitab bernama “Usana Bali” , bahwa putusnya pulau Jawa dengan pulau Bali, adalah disebabkan kesaktian seorang Pendita bernama Mpu Sidhimantra.  Pendita itu bertempat tinggal; di Jawa Timur, kersahabat karib dengan seekor ular besar yang bernama  “NAGA  BASUKIH “   Naga itu berliang didesa Besakih yang terletak dikaki Gunung  Agung, merupakan sebuah goa  besar yang dianggap suci. Karena persahabatan itu  Mpu Sidhimantra tiap-tiap bulan purnama raya, selalu datang ke Besakihmendapatkan Naga Basukih dengan membawa madu, susu dan mentega, untuk sahabatnya itu.
          Mpu Sidhimantra mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ida Manik Angkeran. Anaknya itu gemar berhudi, tiada menghiraukan nasehat ayahnya Oleh karena dalam perjudian itu sering kalah, sehingga menimbulkan ingatannya yang jahat. Pada suatu ketika menjelang bulan purnama raya, Mpu Sidhimantra kebetulan sakit, tiada sanggup  mendapatkan sahabatnya pergi ke Bali. Kesempatan itu dipergunakan oleh Ida Manik Angkeran untuk memuaskan nafsunya mencari  modal untuk berjudi. Sebuah  “ bajra”  kepunyaan ayahnya lalu diambilnya dengan diam-diam, tanpa ijin orang tuanya ia lalu pergi ke Bali mendapatkan Naga Basukih sahabat ayahnya itu. Sampai disana ia lalu duduk bersila sambil membunyikan  “bajra”  yang dibawanya itu sehingga Naga Basukih keluar dari liangnya.
          Atas pertanyaan ular besar itu, Ida Manik Angkeran lalu menerangkan, bahwa ayahnya masih sakit, oleh karena itu ia menjadi wakilnya membawa pasuguh berupa madu, susu dan mentega, yang biasa dihidangkan oleh ayahnya tiap-tiap bulan. Pemberian Ida Manik Angkeran itu diterima oleh Naga Basukih dengan senang hati, kemudian ditanyakan kepadanya, apa yang dikehendakinya untuk bekalnya pulang kembali ke Jawa. Ida Manik Angkeran menjawab, bahwa ia tiada minta apa-apa, seraya dipersilakannya Naga Basukih supaya masuk kegoanya, sebelum ia mohon diri.
          Naga Basukih lalu masuk kegoanya, sedang ekornya yang begitu panjang  sebagian masih berada diluar. Ida Manik Angkeran kagum melihat sebuah batu permata besar yang melekat pada ujung ekor Naga Basukih itu, sehingga menimbulkan hasratnya  hendak mengambil  batu permata yang tiada ternilai harganya itu.  Terpikir olehnya, bahwa batu permata itu cukup nanti dipakainya berjudi seumur hidup. Sejenak berpikir demikian, ekor Naga Basukih itu lalu dipenggalnya batu permata itu lalu dibawanya lari.
          Akan tetapi baru ia sampai dihutan  “Camara Geseng”  tiba-tiba ia mati hangus terbakar, karena bekas jejak kakinya dapat dijilat  oleh Naga Basukih yang sedang marah itu. Sekarang tersebutlah Mpu Sidhimantra , cemas mengenangkan  nasib  anaknya sudah lama tiada pulang-pulang, sedang  “bajra”  pusakanya telah hilang.Ia lalu pergi mendapatkan sahabatnya itu, seraya menanyakan keadaan anaknya yang sudah lama tidak pernah pulang.
          Naga Basukih lalu menerangkan kepada sahabatnya itu, bahwa Ida Manik Angkeran sudah mati, lantaran keberaniannya memenggal ekornya yang berisi batu permata. Mpu Sidhimantra menyesali perbuatan anaknya itu, seraya bermohon kepada sahabatnya itu supaya dosa anaknya itu suka diampuninya. Ia berjanji kepada sahabatnya itu, apabila anaknya itu dapat dihidupkan kembali, biarlah Ida Manik Angkeran selama hidupnya tinggal di Bali untuk menjadi abdipura Besakih sebagai  “Pemangku”  (penyelenggara upacara di pura). Permintaan Mpu Sidhimantra diluluskan, maka Ida Manik Angkeran lalu hidup kembali berkat kesaktian Naga Basukih itu.
          Maka semenjak itulah Ida Manik Angkeran disuruh oleh ayahnya supaya bertempat tinggal di Bali, tiada dibolehkan lagi pulang ke Jawa. Mpu Sidhimantra pulang kembali ke Jawa, setelah anaknya hidup lagi sebagai sediakala. Maka untuk mencegah kemungkinan  anaknya itu  akan menyusul perjalanannya , lalu digoreskanlah tongkatnya, sehingga daratan pulau Bali dengan pulau Jawa menjadi putus  karenanya. Demikianlah ceriteranya, asal mulanya ada Selat Bali yang disebut  “SEGARA RUPEK”
          Ceritera kitab itu merupakan dongeng dan tachyul, tetapi kenyataannya sukar dibantah. Keturunan Ida Manik Angkeran itu disebut  “Ngurah Sidemen”  ternyata sampai kini berkewajiban menjadi  “Pemangku”  di Pura Besakih.
          Penulis bangsa Eropah bernama Raffles , Hageman  dan R. Van Eck, sama-sama membenarkan, bahwa Bali dan Jawa bekasnya menjadi satu daratan, oleh bencana alam yang disebabkan meletusnya sebuah gunung berapi, maka terjadilah gempa bumi besar, sehingga daratan kedua pulau itu menjadi putus.
          Mereka menerangkan, bahwa peristiwa itu terjadi di alam abad ke XIII *). Akan tetapi sayang keterangan mereka itu kurang jelas, gunung mana yang dikirakan meletus oleh mereka itu. Hasil penyelidikan menyatakan, bahwa sepanjang pantai Selat Bali itu, sekarang banyak terdapat  mata air panas berbau belerang. Kemungkinan disana dahulu terdapat sebuah gunung berapi yang sudah meletus.Diantara mata air panas itu sebuah disebut : Banyu Wedang, artinya air panas.  
          Sementara itu terdapat sebuah kitab bernama : Nagara-Kertagama karangan Prapanca, menerangkan bahwa putusnya pulau Jawa dengan pulau Madura terjadi dalam tahun Ăšaka 124. Bilangan tahun Ăšaka itu mempergunakan perhitungan  “candra-sangkala”  yaitu dengn perkataan yang berbunyi “ samudra nanggung bumi “  Keterangan kitab itu  sesuai  dengan pernyataan sebuah kitab bernama : “Wawatekan” yang menerangkan bahwa  “segara rupek”  itu , ialah “segara nanggung bumi”. Baik  “samudra”  maupun  “sagara”  sama artinya dengan lautan atau selat. Kedua perkataan itu sama dengan angka  4, menurut perhitungan tahun Candra-sangkala. Perkataan “nanggung” sama dengan angka  2. Sedang perkataan  “bumi” sama dengan angka  1. Oleh karena caranya menghitung angka-angka itu harus berbalik, maka terjadilah bilangan tahun Ăšaka 124, atau tahun Masehi 202.
          Meskipun kitab-kitab itu sudah menerangkan demikian, namun pernyataan itu tiada dapat dipakai pegangan yang kuat, untuk mnentukan putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa  memang terjadi semasa itu. Mustahil Prapanca tiada menyebutkan dalam kitab karangannya itu,   bahwa putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa bersamaan waktunya, apabila memang benar demikian halnya.-
          Dalam pada itu seorang penulis bernama  C.W. Laedbeater  menerangkan didalam sebuah kitab karangannya bernama: “The Occult  History of Java”  bahwa putusnya Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra terjadi dalam tahun Masehi 915 (meletusnya Gunung Krakatau), yang menyebabkan  putus kedua pulau tersebut. Dapatlah keterangan penulis itu dipakai sandaran untuk menyatakan, bahwa putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa terjadi pada waktu itu? Memang jikalau ditilik  dari letak  ketiga pulau itu (Sumatera, Jawa dan Bali) seakan-akan berangkai hanya dipisahkan oleh selat-selat yang sempit, tidaklah mustahil kejadian di Selat Sunda dapat dipengaruhi keadaan di Selat Bali.
          Sementara kitab-kitab itu tiada memberi ketegasan waktu mana kiranya putusnya Pulau Jawa dengan Pulau Bali terjadi, maka pendapat umum lebih condong mempercayai theori ilmu bumi. Pada zaman dahulu sebagian besar kepulauan Indonesia belum ada, masih bersatu dengan benua Asia, maka pada suatu ketika yaitu pada achir  zaman es, konon katanya gunung-gunung es  yang terdapat dikutub Utara dan dikutub  Selatan menjadi cair, sehingga permukaan laut naik dan merendam daerah-daerah yang rendah.
          Oleh karena itu terjadilah lautan Tiongkok Selatan, laut Jawa,  dan Selat Malaka. Kemungkinan ketika itulah terjadinya Selat Bali itu, lantaran dataran disana rendah, turut terendam air laut  yang sedang pasang itu.  Jika memang demikian halnya, sudah tentu putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa itu terjadi beberapa ratus abad  sebelum tarich Masehi.
          Demikianlah keterangan-keterangan yang diperoleh mengenai hal ichwal putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa itu, namun para achli belum ada yang berani menerangkan, kapan sebenarnya peristiwa itu terjadi. Baiklah hal itu dipakai sebagai gambaran saja, untuk meraba-raba , bahwa kedua pulau itu pada suatu masa kiranya memang benar mula-mula menjadi satu daratan - -
_____________________
*) Raffles  menerangkan , bahwa putusnya pulau Bali dengan pulau Jawa terjadi didalam tahun 1204. Hageman menerangkan terjadi dalam tahun 1293. Sedang R. van Eck menerangkan terjadi  dalam tahun 1298 . Keterangan mereka itu menurut perhitungan tahun Masehi.-                  

sumber : https://www.facebook.com/notes/i-love-hindu-bali-apapun-yang-terjadi/sejarah-bali-bagian-3-putusnya-bali-dengan-jawa-yang-mula-mula-menjadi-satu-dara/525729310781000

Sunday, August 23, 2015

Membedakan Pengeleakan Dengan Penestian,



nyamenusanet.blogspot.com - AJARAN LIMA AKSARA " PANCA GNI " BALI , potrait budaya adiluung..
Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara (memasukan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu). Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.

Si adalah mencerminkan Tuhan
Wa adalah anugrah
Ya adalah jiwa
Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa

Kekuatan aksara ini disebut panca gni (lima api). Manusia yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan. Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.

Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang. Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut. Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo. Kata ngelekas artinya kontaksi batin agar badan astra kita bisa keluar. Ini pula alasannya orang ngeleak. Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya disebut angeregep pengelekasan. Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut endih. Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu)

Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Jangan salah, dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya. Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak. Peraturan yang lain juga ada seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati. Orang ngeleak hanya di kuburan (pemuwunan). Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya. Begini bunyi doa leak memberikan berkat :

Ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah.

Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Nah, di sinilah ada perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat, atau meningkatkan ilmu

Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit. Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan.
Ini disebabkan karena kita jarang membuka " LONTAR TATTWANING ULUN SETRA " . Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.

Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan.

Di Jawa tradisi ini disebut tirakat. Ada tujuh tingkatan leak. Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, leak siwa klakah. Leak Siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.

Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecele, ketika emosinya labil. Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri.

Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran. Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang.

Padahal ada aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam disebut penestian. Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam.

Ada pun caranya adalah dengan memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi. Emosi itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri).

Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan energi dari belahan badan kiri. Pengiwa banyak menggunakan rajah-rajah (tulisan mistik). Juga pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dirontgent di lab. Yang paling canggih adalah cetik (racun mistik).

Ilmu Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai pelestarian budaya Hindu di Bali dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih datanglah pada hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.

Sumber : #gadisbali https://www.facebook.com/gadisbali/posts/1053716304646360:0

Sejarah Pemakaian Benang Tridatu



nyamenusanet.blogspot.com - Sejarah pemakain benang Tridatu ini dimulai pada abad ke 14-15 saat Dalem Waturenggong berkuasa menjadi Raja di Bali. Saar menaklukkan DalemBungkut/Nusa oleh Patih Jelantik telah terjadi kesepakatan antara Dalem Bungkut/Nusa dengan Dalem Bali. Bahwa kekuasaan Nusa diserahkan kepada Dalem Bali begitu juga Rencang dan Ancangan Beliau (Ratu Gede Macaling) dengan satu perjanjian akan selalu melindungi umat Hindu atau masyarakat Bali yang selalu bakti dan taat kepada Tuhan dan leluhur sedangkan mereka yang lalai akan dihukum oleh rencang Ratu Gede Macaling.

Bila beliau akan melakukan tugasnya maka kulkul pajenengan yang sekarang disimpan dan disungsunh oleh Puri Agung Klungkung akan berbunyi sebagai pertanda akan ada malapetaka atau wabah, sehingga supaya dapat membedakan masyarakat yang bakti dengan yang tidak ditandai dengan gelang Tridatu. Artinya gelang Tridatu dipakai untuk membedakan mana orang yang berbakti dan mana yang tidak.

Ketika ada berita akan terjadi bencana atau bahaya mengancam maka ramailah anggota masyarakat ngaturang bakti dan nunas benang tridatu, dengan maksud agar terhindar dari bahaya tersebut. Itulah tradisi yang sejak zaman dahulu kala diwariskan kepada masyarakat Bali. Tidak ada seorang pun yang mempersoalkan mengapa harus memakai benang tridatu. Dengan memakai benang tridatu diyakini akan dapat terbebas dari bencana yang sedang mengancam. Apakah betul demikian,itulah suatu pertanyaan yang belum terjawab secara ilmiah.

Sekarang marilah benang tridatu tersebut kita kaji. Benang Tridatu adalah jalinan benang tiga warna : merah, hitam, dan putih. Ketiga warna ini adalah simbul atau lambang Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Disamping sebagai lambang Dewa Brahma-Wisnu-Siwa termaksud diatas, benang tridatu itu diartikan pula sebagai simbul dari tiga serangkai berikut ini :

1. Mahasaraswati-Mahalaksmi-Mahakali
2. Satwam-rajas-tamas (tri guna)
3. Masa lalu-masa kini-masa datang (tiga waktu)
4. Badan kasar-badan halus-badan penyebab (tiga badan)
5. Ang-Ung-Mang (tiga aksara suci)
6. Tat savitur varenyam-Bhargo devasya dhimahi-Dhiyo yo nah pracodayat (tiga kaki Gayatri).

Itulah sebagai perlambang yang dapat dikaitkan dengan benang tridatu. Tetapi simbul pertama dari benang tridatu adalah simbul Brahman yang disebut Brahmagranthi, yang berfungsi melindungi badan manusia dari penyakit dan berbagai gangguan yang disebabkan oleh energi negatif dan jahat. Hal inilah rupanya yang mendorong para Sulinggih untuk memanfaatkan benang tridatu sebagai penangkal jika bahaya sedang mengancam.

Arti lain yang dapat dijelaskan mengenai benang tridatu adalah bahwa jalinan ketiga benang suci itu juga merupakan simbul jalinan ketiga nadi yang ada dalam tubuh manusia, yaitu : ida, pingala, dan sumsumna. Melalui ketiga nadi inilah energi kundalini mengalir sebagai prana yang dapat meningkatkan kesadaran diri manusia. Karena itu benang tridatu juga dipandang sebagai simbul pengorbanan egoisme dan dinamakan benang pengorbanan atau Yajna pavita.

Pemakaian benang tridatu biasanya dilakukan di pergelangan tangan. Untuk kepala keluarga disarankan agar memakai benang tridatu dua buah, sedang untuk anggota keluarga lainnya cukup satu saja. Dapat dijelaskan pula bahwa “kekuatan” benang suci tridatu itu tidaklah terlalu lama dan karena itu dianjurkan agar diganti setiap 4 bulan sekali.

Supaya benang tridatu dapat berfungsi dengan baik sebagai pelindung bagi mereka yang mempergunakannya, maka pada waktu memasang hendaknya dibacakan Mantram berikut ini :

Jajnopavita mityasya mantrasya
Parabrahma Rsih Tristup chandah
Paramatma Devata
Upavita dharane viniyogah

Om yajno pavitram paranam pavitram
Prajapater yat sahajam purasat
Ayusyamagryam pratimunca subhram
Yajnopavitam balamastu tejah

Artinya :
Bagi benang suci, Ida Sanghyang Widhi adalah Pendetanya. Tristup adalah lagunya. Kesadaran yang meresapi segalanya merupakan pimpinan Dewata. Benang suci ini sangat sakral. Leluhur dan para Dewa telah memberkatinya. Jika dipakai di badan, seseorang akan mencapai umur panjang dan pikiran murni. Benang suci juga memberikan kekuatan, kecerdasan, dan kecemerlangan (baca: Nawaratri).

Apabila benang tridatu akan dilepas karena sudah lama dipakai maka ketika akan dilepas agar diucapka Mantram berikut :

Upavitam bhinnatantum jirnam
Kalmasadustam visrajami jale
Brahmavarco dirghayurastu me

Artinya :
Benang suci yang telah tua sudah tidak layak dipakai. Karena itu hamba persembahkan benang suci yang tua ini kepada air. Semoga Ida Sanhyang Widhi memberikan hamba umur panjang.

Sumber : #gadisbali https://www.facebook.com/gadisbali/photos/a.669335809751080.1073741826.470116233006373/1069273773090613/?type=1&theater

Wednesday, August 12, 2015

Tips Penanganan Motor Vario Mogok dari Pengalaman Pribadi.

nyamenusanet.blogspot.com - Bagi pengguna kendaraan bermotor terutama Vario, bila anda parkir dan saat kembali ke kendaraan lalu tiba tiba motor tidak bisa dihidupkan mesinnya padahal aki tidak bermasalah,saat di starter dengan starter kaki juga tidak mau hidup mesinnya artinya ada yang ngerjain motor anda dengan mencabut kabel penghubung perapian ke busi tapi bukan kabel yang ada di busi karena letaknya didalam body motor tapi yang di cabut kabel yang ada di sisi kanan kendaraan dekat diatas pijakan kaki, memang tidak kelihatan tapi klo diraba akan bisa kita sentuh dan ternyata ini sudah sering terjadi di seputaran parkir jalan pantai 66 legian.

Menurut bengkel motor yg sering menerima datangnya orang mendorong motornya karena tidak tahu mengapa motor mati seketika termasuk yang dialami tamu yang nyewa motor kita...

Motif pelaku utk mendapatkan uang dari korban dan sasarannya bule.
- Pelaku pura-pura membantu stlh motor bisa di hidupkan minta uang jasa
- bila tamunya tinggal jauh pelaku menyuruh korban meninggalkan kendaraan dan menawarkan jasa antar ke hotelnya dgn imbalan tinggi stlh korbannya tiba di hotel.

Semoga info ini bermanfaat untuk kita semua terutama sesama scooter rental yg motornya sering disewa torist atau tamu lokal. yang mempunyai motor metic ini juga bermanfaat sekiranya jika mengalami kendala yang sama. Rahayu....

Saya sertakan poto posisi kabel mana yg sering dicabut sama pelaku















Sunday, August 2, 2015

Tips Memilih Paket Liburan Hemat dan tepat di Denpasar Bali


Apakah Anda berencana ingin melakukan liburan dan ingin mengetahui tips memilih paket liburan hemat?  Cekidot !!!

nyamenusanet.blogspot.com - Liburan adalah salah satu cara untuk mewarnai waktu bersama keluarga dan orang-orang yang disayangi. Liburan ini biasanya dilakukan ketika musim libur tiba ataupun bisa dalam cuti bersama.

Anda bisa mengajak semua anggota keluarga untuk menikmati liburan bersama-sama.

Liburan bisa menghilangkan rasa penat, stress karena aktivitas yang padat sehari-harinya dan sebagainya. Jika Anda ingin melakukan liburan, Anda sebelumnya harus memilih paket liburan hemat terlebih dahulu.

Jika tidak direncanakan sejak awal, Anda akan kebingungan menentukan tempat ataupun fasilitas yang ditawarkan akan semakin mahal jika mendekati waktu liburan.

Berikut ada beberapa tips memilih paket liburan hemat yang bisa Anda ketahui :

1. Mencari melalui media online

Salah satu tips memilih paket liburan hemat adalah mencari melalui media online. saat ini sangat mudah untuk mencari paket liburan hemat yang sedang Anda butuhkan. Di media online, banyak sekali penawaran paket liburan sesuai dengan yang Anda inginkan. Namun, Anda tetap harus teliti dalam memilih paket liburan tersebut. Pilihlah paket liburan yang berstatus legal dan memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan paket liburan. Jangan sampai Anda salah memilih paket liburan yang akan Anda gunakan nantinya. sebagai referensi liburan di Bali cek disini.

2. Menentukan harga paket liburan

Tips selanjutnya dalam memilih paket liburan hemat adalah menentukan harga paket liburan. Banyak variasi harga yang ditawarkan setiap paket liburan. Anda bisa membandingkan dan mempertimbangkan harga paket liburan beserta tempat tujuan yang ditawarkan oleh setiap paket tour perjalanan. Anda harus teliti memilih paket yang Anda inginkan. Jangan sampai Anda salah memilih paket liburan yang tujuan wisatanya tidak sesuai dengan yang Anda inginkan. salah satu paket hemat klik disini.

3. Menentukan hotel

Tips lainnya yang bisa Anda lakukan ketika memilih paket liburan hemat adalah menentukan hotel atau tempat penginapan. Hotel atau penginapan ini biasanya sudah dalam satu paket liburan yang sudah Anda pilih sebelumnya. Pilihlah hotel atau penginapan yang aman, nyaman, dan bersih untuk tempat Anda beristirahat setelah seharian melakukan wisata. Tidak perlu Anda memilih hotel atau penginapan yang serba mahal dan mewah. Jika hotel atau penginapan tersebut nyaman, Anda sudah dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman untuk mengistirahatkan badan.

4. Menentukan tanggal berlibur

Jika Anda sudah menentukan paket liburan hemat, Anda bisa menentukan tanggal berlibur. Tanggal berlibur ini dapat Anda sampaikan pada pihak pemilik paket liburan Anda. Pihak pengelola tour akan mengatur jadwal liburan Anda sebaik mungkin agar perjalanan wisata berjalan dengan lancar. Jika Anda ingin mengubah tanggal berlibur, segera hubungi pihak pengelola wisata agar jadwal bisa diatur kembali dengan baik. Jangan memberitahukan perubahan jadwal liburan secara mendadak agar pihak tour tidak kebingungan mencarikan solusi untuk perubahan jadwal yang Anda buat.

sumber  : http://www.kompasiana.com/bang-ngangan/tips-memilih-paket-liburan-hemat_5535a3976ea8344e11da4305