Wednesday, March 30, 2016

Cara Mudah Membedakan Madu Asli dengan Madu Palsu

Apabila bicara mengenai madu tidak bisa kita uraikan satu per satu manfaatnya untuk badan manusia. Ada begitu banyak manfaat dari madu, hampir semua penyakit bisa dihindari/diobati dengan madu. Madu mudah sekali kita peroleh/beli di pasar – pasar tradisional maupun di minimarket karena memang tingkat keinginan madu ini yang cukup tinggi.

Namun tahukan anda bila tidak semua madu yang di jual dan meng3dar di market yaitu madu asli, sebagian madu itu yaitu buatan dan belum tentu ada nilai kemanfaatannya bahkan mungkin saja saja memiliki resiko untuk tubuh apabila di konsumsi. Madu asli dan palsu untuk saat ini mungkin saja saja tidak tampak ketidaksamaannya dengan cara kasat mata. Nah berikut ini langkah yang bisa anda coba untuk membedakan madu asli dan palsu.

Langkah Membedakan Madu Asli dan Palsu 
1. Dengan Membakarnya  

Silahkan anda tuang ke­2 madu itu dalam dua sendok lantas bakar di atas api lilin. Ketidaksamaan madu asli dan palsu yaitu madu asli akan sulit berbuih dan sulit tumpah, tengah madu palsu akan mudah berbuih/mendidih dan mudah lumer/tumpah.

2. Meneteskannya Diatas Koran 

Langkah ke­2 yang dapat anda cobalah untuk membedakan madu asli dan palsu yaitu dengan menaruhnya di atas koran/kertas. Jadi madu asli akan sulit merembes dalam koran dan tetaplah kent4l, tengah madu palsu akan mudah merembes.

3. Menuangkan Madu Ke Dalam Air  

Anda bisa cobalah menuangkan madu dalam gelas yang di isi air, madu asli akan tidak mudah enc3r bercampur dengan air dan tetaplah menggumpal tengah madu palsu mudah bercampur dengan air atau membaur dengan air.

4. Masukan Madu Dalam Kulkas.
Masukan madu dalam freezer atau kulkas, madu asli akan tidak membeku, tengah madu palsu akan membeku.

5. Uji Dengan Korek Api 
Silahkan celupkan ujung/kepala korek api dalam madu, apabila madu itu asli jadi korek api tetaplah bisa terbakar tengah apabila madu itu palsu jadi korek api akan basah dan tidak bisa terbakar. Lantaran telah barang tentu untuk peroleh manfaat dari madu kita harus mengkonsumsi madu yang asli. 5 langkah di atas yaitu langkah yang mudah untuk membedakan madu asli dan palsu, namun anda harus tetaplah jeli ya? karena terkadang madu palsu jaman sekarang ini juga sudah mulai mutakhir. Mengkonsumsi madu palsu dengan cara teratur jadi akan berikan dampak yang kurang baik untuk badan, karena senyawa ki*mia yang ada pada madu palsu itu bisa mengakibatkan timbulnya bermacam type penyakit. Alih – alih sehat yang kita bisa jadi sakit yang kita derita. Oleh karenanya apabila sangat mungkin belilah madu dari pencari madu asli, yang biasanya mencari madu di rimba. Walaupun madu tampak kotor dan tidak bersih namun jadi hal sejenis ini menanggung keasliannya. Demikian Langkah Membedakan Madu Asli dan Palsu, semoga bermanfaat.

Sumber : http://kunci-sehat-alami.blogspot.co.id/2016/03/ibu-ibu-jangan-mau-di-tipu-begini-cara.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

Friday, March 25, 2016

Sejarah Adanya Kasta Brahmana-Ksatrya-Wesya-Sudra di Bali


nyamenusanet.blogspot.com - Kata kasta berasal dari bahasa spanyol atau portugis (casta) yang artinya pembagian masyarakat. Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu. Pembagian manusia dalam masyarakat agama Hindu (Bangsa-bangsa Kerajaan Nusantara).

Dalam agama Hindu sebenarnya tidak ada atau tidak mengenal istilah kasta. Istilah yang termuat dalam kitab suci Veda adalah Warna. Apabila kita mengacu pada Kitab Bhagavadgita, maka yang dimaksud dengan Warna adalah Catur Warna, empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Sementara itu, yang muncul dalam kehidupan masyarakat Bali adalah Wangsa, yaitu sistem kekeluargaan yang diatur menurut garis keturunan.

Pembagian Catur Warna

Catur Warna dibagi atau dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
  1. Brahmana, Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan. Jika dalam kasta diberi gelar Ida Bagus (laki-laki) dan Ida Ayu (perempuan).
  2. Ksatrya, Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara. Jika di dalam kasta di beri gelar Anak Agung.
  3. Wesya, Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain- lain). Jika dalam kasta diberi gelar Gusti Bagus (laki-laki) dan Gusti Ayu (perempuan).
  4. Sudra, Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan. Jika dalam kasta tidak terdapat gelar. Biasanya Diberi nama depan Wayan,Made,Nyoman,Ketut.
Di Indonesia Kasta tidak pernah ditemukan sampai akhir kerajaan Hindu Majapahit abad 14 akhir. Kasta baru ada di Indonesia setelah kerajaan Hindu Majapahit runtuh. Bukti dari tidak adanya kasta pada masa kerjaan Majapahit bisa dilihat pada beberapa contoh seperti
  1. Mpu Sendok, seorang Brahmana, anak-anaknya menjadi Ksatrya di Medang Kemulan.
  2. Patih Gajah Mada, Perdana menteri Majapahit, lahir dari keluarga yang tidak diketahui ( bukan darikeluarga atau keturunan Ksatrya maupun Brahmana), Kemudian menjadi Ksatrya terkemuka Indonesia sepanjang sejarah Indonesia
  3. Damar Wulan, Seorang pengangon kuda ( tukang arit rumput ), kemudian bisa menjadi Raja (Ksatrya) di Majapahit dan berganti nama menjadi Brawijaya.
Itu merupakan beberapa contoh saja dan masih banyak lagi pembuktiannya. Dari itu bisa disimpulkan bahwa pada masa kerajaan Majapahit siapapun dan latar belakang apapun mereka dapat menjadi seorang dengan kasta Ksatrya, bukan berdasarkan keturunan tapi melalui sebuah proses serta ketrampilan yang dimilikinya.

Kasta dibali dimulai ketika Bali dipenuhi dengan kerajaan-kerajaan kecil dan Belanda pun datang mempraktekkan politik pemecah belah, kasta dibuat dengan nama yang diambilkan dari ajaran Hindu, Catur Warna. Lama-lama orang Bali pun bingung, yang mana kasta dan yang mana ajaran Catur Warna. Kesalah-pahaman itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu oleh mereka yang terlanjur “berkasta tinggi” pada masa itu. Sehingga terjadilahi polemik (pro dan kontra) masyarakat Hindu di Bali, dalam pemahaman dan pemaknaan warna, kasta, dan wangsa yang berkepanjangan.

Sejarah Pro dan Kontra Kasta di BaliPenolakan sistem Kasta yang dikait-kaitkan dengan Agama Hindu bukannya tidak pernah ada, bahkan saat gagasan pengadopsian Catur Warna menjadi empat kasta dimunculkan, para Cendikiawan Hindu maupun yang perduli akan perkembangan Agama Hindu sudah bereaksi memprotesnya, misalnya dengan terbitnyaSurya Kanta, koran berbahasa Melayu di Bali tahun 1920-an. Tetapi gempuran para Indolog pendukung kastaisme ditambah dukungan penguasa pribumi boneka kolonialis dan “Brahmana palsu”, lebih dahsyat dari pada yang menentang kastaisme. Terlebih lagi kondisi umat Hindu saat itu tidak berdaya oleh kolonialisme, sehingga konsep kaku kasta maupun aturan-aturannya tetap dijalankan, meski terus mendapat penentangan.

Pada tanggal 20 Juni tahun 1916 warga Desa Lodjeh, Karangasem, memprotes keputusan Raad Van Kerta, disusul pada bulan Mei 1917 warga Desa Sukawati Gianyar. Dengan todongan bedil kolonialis Belanda, protes-protes tersebut dapat dipadamkan dengan dibayar nyawa warga Umat Hindu yang tidak berdaya. Pada kasus Sukawati sebanyak 5 orang umat Hindu mati dibunuh, 11 orang luka-luka dan 26 orang ditangkap dan di jual sebagai budak.

Perkembangan Kasta Di Jaman ModernPada dewasa ini seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Bali sendiri sebagian besar sudah mulai memudarkan paham kasta dan hanya sebagai formalitas pada nama saja. Tidak lagi membeda-bedakan, siapa saja bisa menjadi pemimpin asal mempunyai ketrampilan dan sikap teladan. Meskipun demikian masih ada yang memegang prinsip kasta itu. Seperti contohnya dalam perkawinan, tidak dibolehkan menikah dengan kasta yang berada dibawahnya. Tentu hal ini merupakan sebuah hak setiap orang karena sejatinya setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda.

Kesimpulannya menurut kami adalah kasta itu sendiri tidak perlu dihilangkan karena itu sudah melekat dengan Bali akan tetapi yang perlu dihilangkan adalah sikap membeda-bedakan seseorang seperti memandang rendah atau memandang tinggi seseorang melalui kastanya. Jika terdapat penjelasan dan sejarah yang kurang tepat pada artikel ini. Mohon maaf dan mari kita koreksi bersama. Suksma…

Sumber : http://inputbali.com/sejarah-bali/sejarah-adanya-kasta-di-bali

BALI - Etika Berbusana dan Tata Cara Memasuki Pura

nyamenusanet.blogspot.com - Dalam hal berbusana biasanya seiring berkembangnya jaman seiring modern pun dalam tren berbusana. Seperti halnya dalam berpakaian untuk sembahyang saat ke pura. Bagi umat Hindu wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan tranparan dengan kain bawahan(kamen) bagian depan hanya beberapa centi dibawah lutut melakukan persembahyangan.

Pikiran setiap manusia tentu tidak sama, ada yang berpikir positif bahwa itulah trend mode masa kini. Tapi yang berpikiran negatif tentu tidak sedikit, inilah permasalahanya pikiran negatif, paling tidak busana terbuka akan mempengaruhi kesucian pikiran umat lain yang melihatnya sehingga mempengaruhi konsentrasi persembahyangan.

Dalam Sarasamuscaya, sloka 82 dijelaskan :

SARVAM PASYATI CAKSUSMAN MANOYUKTENA CAKSUSA, MANASI VYAKULE JATE PASYANNAPI NA PASYATI

Artinya : Mata dikatakan dapat melihat berbagai benda, tiada lain sebenarnya pikiranlah yang menyertai mata, sehingga jika pikiran bingung maka nafsulah yang menguasai; maka pikiranlah yang memegang peranan utama.

Pikiran yang akan mengantarkan sembah bhakti kita kepada Hyang Widhi, Jika dalam persembahyangan pikiran terfokus pada Hyang Widhi, maka sembah bhakti kita akan sampai pada-Nya, namun jika pikiran terpusat pada yang tidak patut, maka kesanalah angan kita dibawa.
Etika Berbusana Kepura

Berpakaian ke Pura, dibahas dalam Paruman Sulinggih yang diadakan tahun 1976 ditetapkan bahwa busana untuk ke Pura:

Bagi Pria:
1. Baju
2. Kampuh
3. Kain panjang
4. Sabuk
5. Alas kaki (fakultatif/boleh iya,boleh tidak)

Bagi wanita:
1. Baju/kebaya
2. Kain panjang
3. Sesenteng
4. Sabuk
5. Alas kaki (fakultatif/ boleh iya,boleh tidak)

Kesopanan dalam berpakaian ke Pura diatur pula dalam Tata-Tertib masuk ke Pura seperti yang telah diputuskan dalam seminar di Amlapura tahun 1975, di mana dinyatakan bahwa pakaian ke Pura adalah yang sopan, rapi, bersih, dan tidak menonjolkan bagian-bagian tubuh yang dapat merangsang, serta dandanan yang sederhana dalam artian tidak menggunakan hiasan berlebihan.

Tata Cara Memasuki Pura
Berikut tata cara atau larangan memasuki pura , agar kesucian Pura tetap terjaga.
  1. Tidak dalam keadaan cuntaka (baru melahirkan, kematian, wanita datang bulan, bayi belum tiga upacara tiga bulanan dll)
  2. Bersih lahir bathin; lahir : sudah mandi, pakaian bersih dengan tata cara pakaian yang wajar untuk bersembahyang; bathin : pikiran yang hening, tenang, tentram dan siap memusatkan pikiran untuk berbakti kepada Yang Maha Kuasa.
  3. Wanita yang rambutnya diurai tidak boleh masuk karena rambut yang diurai menyiratkan : ke-asmaraan (birahi), marah, sedih, dan mempelajari ilmu hitam.
  4. Dilarang Berpakaian tidak sopan atau menonjolkan bentuk tubuh/ aurat.
  5. Tidak boleh Bercumbu, berkelahi, bertengkar, berkata kasar/ memaki, bergosip, menyusui bayi, meludah, buang air, mencorat-coret pelinggih-pelinggih, dan lain-lain
  6. Dilarang dalam keadaan sakit dan mabuk karena akan dapat membuat pura leteh.

Semoga kita dapat memahami betul tata cara memasuki pura agar kita dapat menjaga kesucian pura itu sendiri. Dan dalam etika berbusana semestinya mengikuti norma-norma susila, etika, dan pertimbangan yang bijaksana. Jangan hanya memikirkan kesenangan dan kepuasan diri pribadi, tetapi juga pertimbangkan pikiran orang lain.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Sumber : http://inputbali.com/budaya-bali/etika-berbusana-dan-tata-cara-memasuki-pura

Di BALI Buang Sampah Sembarangan Denda Rp 2 Juta

nyamenusanet.blogspot.com - Pemerintah Kota Denpasar – Bali semakin menunjukan keseriusannya dalam menjaga kebersihan kota dan mendidik warganya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Warga yang kedapatan membuang sampah sembarangan akan didenda mulai Rp1 juta hingga Rp2 juta.

Hal itu dibuktikan ketika diadakannya Sanksi berupa denda yang dijatuhkan langsung kepada warga yang membuang sampah sembarangan, dalam sidang yustisi tindak pidana ringan (Tipiring) yang digelar di Balai Banjar Kedaton, Jalan Hayam Wuruk, Desa Sumerta Kelod Denpasar Timur.

Sekretaris DKP Kota Denpasar, I Dewa Gede Anom Sayoga menuturkan, dalam sidang yustisi Tipiring yang dipimpin Hakim Achmad Peten Sili dan Jaksa Nyoman Bela Putra Atmaja, menyidangkan 30 orang warga yang membuang sampah sembarangan dan buang sampah tidak pada waktu yang telah ditentukan yakni mulai pukul 17.00 WITA hingga pukul 19.00 WITA.

Sebanyak 30 orang pelanggar itu memilih membayar denda ketimbang menjalani hukuman kurungan maksimal tiga bulan. Langkah yang di lakukan DKP Kota Denpasar ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin diadakan setiap hari Rabu dan Jumat tiap minggunya di Kantor Pengadilan Negeri Denpasar.

Sanksi yang diberikan tidak hanya dikenakan denda, pelanggar yang tertangkap tangan juga diberi hukuman langsung di tempat dengan disuruh menyapu, membersihkan sampah dan menyiram di ruas jalan dan taman yang ada di Kota Denpasar.

Menurut Sayoga, pelaksanaan sidang ini bukan semata-mata untuk menghukum masyarakat, akan tetapi kami mengajak masyarakat untuk ikut memelihara kebersihan lingkungan khususnya di Kota Denpasar.

Sumber : http://inputbali.com/berita-bali/di-bali-buang-sampah-sembarangan-denda-rp-2-juta

Thursday, March 17, 2016

YADNYA SESA - MESAIBAN atau NGEJOT DAN DOA atau MANTRANYA

Ngejot (Yadnya Sesa Setelah selesai masak di dapur)
Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita.
Di Dapur
Di Tempat Beras

Doa : Om Sri Dewya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Amertha, hamba bersujud pada-Mu.
Di Kompor / Tungku
Doa : Om Sang Hyang Tri Agni Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Agni, sebagai penguasa penerang dalam kegelapan, sebagai sumber energi bagi kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.
Di Tempat Air
Doa : Om Gangga Dewya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Gangga, hamba bersujud pada-Mu.
Di Pelangkiran
Doa : Om Om Dewa Datta Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Purusa Predana, sebagai sumber dari kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.
Di Sumur
Doa : Om Ung Wisnu Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa Air kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.
Di Merajan
- Kemulan
Doa : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.
-Taksu
Doa : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.
-Sri Sedana
Doa : Om Kuwera Dewa Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Sang Hyang Kuwera, sebagai penguasa kekayaan, hamba bersujud pada-Mu
-Tugu Capah
Doa : Om Sang Hyang Durga Maya Ya Namah
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Durgamaya sebagai saktinya Siwa, penguasa atau dari Butha Kala, hamba bersujud kepada-Mu.
-Penglurah
Doa : Om Anglurah Agung Bhagawan Penyarikan Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Anglurah sebagai perantara bagi Sang Anembah dengan Sang Kasembah, hamba bersujud kepada-Mu.
-Tugu Penunggun Karang
Doa : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.
-Pengijeng
Doa : Om Sang Hyang Indra Blaka Ya Namah Swaha
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud sebagai penguasa alam, hamba bersujud pada-Mu.
-Pengadang-adang
Doa : Om Sang Maha Kala, Nandikala Boktya Namah
Arti : Ya Tuhan, Nandi Kala sebagai penjaga pintu masuk, hamba menghaturkan persembahan semoga berkenan.
-Pintu Masuk
Doa : Om Sang Hana Dora Kala Ya Namah
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dorakala, hamba bersujud kepada-Mu.
-Tempat Ari-Ari
Doa : Ih, Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, Ya Namah
Arti : Ya Anta, Preta. Butha, Kala Dengen hamba bersujud pada-Mu.
Suksme ..kiranglangkung ampure..domogi bermanfaat...rahayu.