nyamenusanet.blogspot.com - Setiap daerah, suku ataupun provinsi yang ada di bumi nusantara ini pasti memiliki tradisi yang unik. Tradisi seperti ini ada karena cenderung merupakan warisan budaya dari leluhur. Bali, khususnya berkaitan dengan kepercayaan masyarakatnya, hal-hal unik tersebut masih terjaga lestari sampai sekarang, berkeyakinan akan mendatangkan sesuatu yang baik pada kehidupan kedepan atau yang akan datang, dan akan terjadi musibah jika prosesi tersebut tidak dijalankan, keyakinan-keyakinan tersebut sehingga menimbulkan sebuah kebiasaan atau tradisi dibeberapa tempat di propinsi Bali. Sebuah tradisi tetap ada pada masing-masing kabupaten, bahkan ditingkat Kecamatan dan Desa, muncul kebiasaan karena penghormatan kepada leluhur dan keyakinan beragama masyarakat Bali. Sebagai destinasi wisata dunia, tradisi unik tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Saat-saat tertentu bertepatan dengan rencana tour anda, coba saja untuk melihat keunikannya.
Berikut beberapa tradisi unik di Bali yang masih lestari sampai sekarang;
Omed-omedan ; hanya ada di desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar sehari setelah hari raya Nyepi, sekitar jam 2 siang. Dimana 2 kelompok muda-mudi (yang belum menikah) berhadap-hadapan dan tarik menarik (bali:med-medan) kemudian saling cium antara pemuda dan pemudi satu dengan yang lainnya dengan guyuran air, disaksikan oleh semua warga. Terlihat begitu vulgar, tapi itulah uniknya sempat tidak dilaksanakan namun pertanda buruk datang. Menjadi atraksi wisata menarik dan pantas anda abadikan.
Mekare-kare ; sebuah tradisi perang pandan berduri di desa Tenganan, kabupaten Karangasem, peserta banyak yang sampai berdarah kena duri pandan, tradisi ini dirayakan pada sasih ke-5 kalender Hindu atau sekitar bulan September, dengan tujuan sebagai sebuah penghormatan kepada dewa Indera yang memimpin pasukan perang untuk mengalahkan Raja lalim yang pernah merajai Bali, yaitu Raja Mayadenawa.
Mekotek ; Desa Mungu, Mengwi, Kab. Badung tempat dirayakan Mekotek, pas saat Hari Raya Kuningan. Tradisi ini muncul awalnya dari penyambutan pasukan kerajaan Mengwi atas kemenangan mengalahkan pasukan kerajaan Blambangan, penyambutan oleh rakyat ini yang dulunya menggunakan tombak, sekarang diubah menggunakan tongkat kayu, sehingga kalau diadu terdengar sura "tek" yang berulang-ulang. Pernah ditiadakan karena dilarang pada jaman kolonial Belanda, tapi terjadi musibah. Desa Munggu sendiri berdekatan dengan objek wisata Tanah Lot, Kuta dan Taman Ayun.
Gebug Ende ; Desa Seraya, Kabupaten Karangasem menggelar adu ketangkasan oleh para kaum pria, mereka saling memukul antara satu dengan yang lainnya, dengan menggunakan sebatang tongkat dari rotan, kalau kurang cekatan berbahaya juga. Diiringi dengan gamelan Bali yang memacu semangat, tradisi ini merupakan perpaduan unsur seni penarinya dan juga yang terpenting adalah ketangkasannya. Digelar dengan tujuan memohon turunnya hujan pada saat musim kemarau. Saat-saat tertentu digelar untuk tontonan wisata. Desa Seraya berdekatan dengan Taman Ujung sebuah tempat tujuan tour favorit Bali Timur.
Ngerebong ; Pura Pangrebongan, Desa Kesiman, Denpasar tempat tradisi ini digelar disebut juga Ngurek, karena saat para peserta trance (kesurupan) mereka menancapkan keris (ngurek) ke bagian tubuhnya sendiri tanpa terluka. Tiap 6 bulan sekali, tepatnya 8 hari setelah hari raya Kuningan. Ngerebong artinya berkumpul, karena pada saat tersebutlah para dewa berkumpul. Dengan kerasukan roh-roh dari Dewa ada yang menari, berteriak, menangis dan menusukkan keris ke tubuhnya dan tanpa terluka.
Pemakaman di Trunyan ; pemakaman yang tidak lazim seperti pemakaman lainnya di Bali, tubuh orang meninggal dibiarkan dibawah pohon menyan dengan dikelilingi dengan ancak saji (pagar pelindung) tanpa dikubur, uniknya tubuh orang meninggal tersebut tidak menimbulkan bau busuk. Hal ini juga menjadikannya tempat tujuan wisata dan menjadi tujuan tour unik. Desa Trunyan bagian wilayah Kecamatan Kintamani, seberang danau Batur.
Ngaben ; sebuah prosesi supacara pemakaman mayat masyarakat Hindu Bali, kemudian dilanjutkan dengan proses kremasi atau pembakaran jenazah, bisa dilakukan setelah orang tersebut meninggal ataupun dikubur lebih dulu sambil mencari waktu baik. Rangkaian upacara dalam tradisi ini bertujuan untuk menyucikan roh orang yang sudah meninggal untuk menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mesabatan endut : Dalam arti katanya Mesabatan artinya melempar dan Endut berarti lumpur. Lumpur tersebut dicampur dari kotoran kerbau, didapat dari hewan kerbau yang dilepaskan, desa Tenganan, Karangasem, Bali tempat prosesi ini berlangsung. Saat prosesi berlangsung lumpur akan dilemparkan oleh 8 pemuda pengawin kepada 6 gadis. Tradisi ini berlangsung dengan tujuan, mendidik para gadis desa untuk bisa menjadi penyabar, tidak jijik atau gengsi yang akan perkerjaan yang dilakoni dikemudian hari.
Makepung ; balapan/ pacuan kerbau di Jembrana, rutin diselenggarakan sekali setiap tahunnya saat panen raya tiba. Pacuan kerbau, sepasang hewan ini dipacu dan ditunggangi oleh seorang sais atau joki, melecut hewan pacuannya untuk bisa meraih kemenangan. Dalam pertarungan ini memang dibutuhkan nyali besar, karena resikonya tinggi bagaimana kepiawaian seorang joki melecut hewan pacuannya serta menjaga keseimbangan agar tidak terhempas. Sebuah hiburan wisata saat perjalan tour ke Bali Barat.
Sapi Gerumbungan ; di selenggarakandi lapangan desa Kaliasem, Lovina, Kab. Buleleng sebuah pertunjukan seni pada awalnya dilakukan oleh para petani setelah membajak garapan mereka untuk mengisi waktu, karena banyak petani yang tertarik, pemerintah setempat menetapkan menjadi event tahunan tetap sampai sekarang menjadi sebuah tradisi unik yang diwariskan. Dalam pacuan ini sepasang leher sapi dihubungkan dengan kayu yang dinamakan "uga", ditengah-tengah uga tersebut terbentang kayu tempat si joki berdir.
Mbed-mbedan ; tradisi ini hanya bisa kita temukan di desa adat Semate, Kelurahan Abianbase, Kec. Mengwi, Kab, Badung - Bali. Pertama kali diselenggarakan padai tahun saka 1396 atau pada 1474 masehi dan terhenti dalam jangka waktu lama. Diselenggarakan lagi pada tahun 2011. Prosesi ini diikuti oleh semua warga, seperti sebuah permainan lomba tarik tambang,tidak menggunakan media tali tapi bun kalot sebuah jenis batang tumbuhan menjalar, tumbuh pada kawasan setra Desa Semate. Desa ini berdekatan dengan kawasan objek wisata Kuta dan bandara, sehingga mudah dijangkau.
Megibung ; sekarang ini masih lumrah bisa ditemukan di Kabupaten Karangasem. Makan bersama dalam satu tempayan besar, peserta duduk melingkar antara 5-7 orang, kemudian disantap bersama-sama menggunakan tangan, diharapkan menumbuhkan kebersamaan hubungan yang lebih erat dengan keluarga, kerabat ataupun warga sekitar.
Janger Maborbor ; sebuah ritual sakral yang sarat dengan suasana magis, tarian memadukan unsur gerak dan nyanyian, ditarikan oleh 5-10 pasang penari yang belum dewasa. Ritual ini dipimpin oleh seorang pemangku, pada saatnya tiba dan berada dipuncak prosesi, penari janger ini menginjak-injak tumpukan bara api, jangankan luka bakar, sehelai benangpun dari pakaian mereka tidak terbakar. Tarian tolak bala ini bisa kita temukan di desa Yangapi, Tembuku, Bangli - Bali.
Terteran ; tradisi perang api di Jasri ini berlangsung dua kali dalam setahun, bertepatanag dengan hari raya pengrupukan sehari sebelum Nyepi. Prosesi ini dalam rentetan upacara yadnya, 2 kelompok pemuda saling serang dengan melempar seikat obor dari daun kelapa, tujuan ritual ini untuk melebur kejahatan dan malapetaka.
Lukat Geni ; populer juga dengan perang api, dirayakan oleh warga Puri Satria Kawan, Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung, disaat malam pengrupukan sekali dalam setahun. ritual ini bertujuan untuk melepaskan ataupun mengurangi kekotoran dengan sarana api, sehingga bisa menetralisir kekuatan negatif dari alam dan menghilangkan sifat buruk
Pawai Ogoh-ogoh ; Pawai ini dilaksanakan dimalam pengrupukan, sehari sebelum Nyepi, ogoh-ogoh merupakan simbol dari Bhuta Kala yang memiliki kekuatan negatif, diarak ke sekeliling desa dengan tujuan mengusir kekuatan-kekuatan negatif, kemudian dibakar. Sehingga sat pelaksanaan catur brata penyepian tidak ada gangguan kekuatan jahat. Kalau pada saat itu anda melakukan perjalanan wisata tour keliling Bali, usahakan sebelum sore hari sudah tiba di hotel, karena banyak ruas jalan yang tutup.
Perang Ketupat : Sebuah tradisi unik dilaksanakan dalam rangka upacara Aci Rah Pengangon digelar desa Kapal. Warga dibagi menjadi 2 kelompok saling berhadapan saling lempar menggunakan ketupat dari beras. Walaupun hanya berlangsung sekali dalam setahun, bisa saja secara tidak sengaja anda bisa menyaksikan dalam perjalanan tour karena pada jalur wisata Kuta - Bedugul
Ngerebeg : tradisi ini hanya digelar saat piodalan Pura Dalem Kahyangan Kedaton yang letaknya di objek wisata Alas Kedaton, menjelang akhir piodalan saat sore hari sebelum senja tiba, suara kentongan bertalu-talu dan sorak membahana oleh warga desa kukuh yang berkumpul pada halaman pura, mereka membawa lelontek, tomabak dan juga ranting pohon, setelah diperciki air suci, mereka melesat mengelilingi pura.
Pada saat-saat tertentu, travel agent agak jarang mengagendakan perjalanan wisata melihat tradisi unik tersebut, karena berdasarkan kalender Hindu, anda bisa menjelajah sendiri tanpa ada rasa ragu, dijamin aman, pulau bali surganya dunia kalo anda ramah masyarakat bali bisa lebih ramah lagi, ingat gunakan jasa kami sewa sepeda motor Metic di Bali dengan biaya yang murah, pelayanan Ok. Lihat Syarat dan ketentuannya disini.
Berikut beberapa tradisi unik di Bali yang masih lestari sampai sekarang;
Omed-omedan ; hanya ada di desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar sehari setelah hari raya Nyepi, sekitar jam 2 siang. Dimana 2 kelompok muda-mudi (yang belum menikah) berhadap-hadapan dan tarik menarik (bali:med-medan) kemudian saling cium antara pemuda dan pemudi satu dengan yang lainnya dengan guyuran air, disaksikan oleh semua warga. Terlihat begitu vulgar, tapi itulah uniknya sempat tidak dilaksanakan namun pertanda buruk datang. Menjadi atraksi wisata menarik dan pantas anda abadikan.
Mekare-kare ; sebuah tradisi perang pandan berduri di desa Tenganan, kabupaten Karangasem, peserta banyak yang sampai berdarah kena duri pandan, tradisi ini dirayakan pada sasih ke-5 kalender Hindu atau sekitar bulan September, dengan tujuan sebagai sebuah penghormatan kepada dewa Indera yang memimpin pasukan perang untuk mengalahkan Raja lalim yang pernah merajai Bali, yaitu Raja Mayadenawa.
Mekotek ; Desa Mungu, Mengwi, Kab. Badung tempat dirayakan Mekotek, pas saat Hari Raya Kuningan. Tradisi ini muncul awalnya dari penyambutan pasukan kerajaan Mengwi atas kemenangan mengalahkan pasukan kerajaan Blambangan, penyambutan oleh rakyat ini yang dulunya menggunakan tombak, sekarang diubah menggunakan tongkat kayu, sehingga kalau diadu terdengar sura "tek" yang berulang-ulang. Pernah ditiadakan karena dilarang pada jaman kolonial Belanda, tapi terjadi musibah. Desa Munggu sendiri berdekatan dengan objek wisata Tanah Lot, Kuta dan Taman Ayun.
Gebug Ende ; Desa Seraya, Kabupaten Karangasem menggelar adu ketangkasan oleh para kaum pria, mereka saling memukul antara satu dengan yang lainnya, dengan menggunakan sebatang tongkat dari rotan, kalau kurang cekatan berbahaya juga. Diiringi dengan gamelan Bali yang memacu semangat, tradisi ini merupakan perpaduan unsur seni penarinya dan juga yang terpenting adalah ketangkasannya. Digelar dengan tujuan memohon turunnya hujan pada saat musim kemarau. Saat-saat tertentu digelar untuk tontonan wisata. Desa Seraya berdekatan dengan Taman Ujung sebuah tempat tujuan tour favorit Bali Timur.
Ngerebong ; Pura Pangrebongan, Desa Kesiman, Denpasar tempat tradisi ini digelar disebut juga Ngurek, karena saat para peserta trance (kesurupan) mereka menancapkan keris (ngurek) ke bagian tubuhnya sendiri tanpa terluka. Tiap 6 bulan sekali, tepatnya 8 hari setelah hari raya Kuningan. Ngerebong artinya berkumpul, karena pada saat tersebutlah para dewa berkumpul. Dengan kerasukan roh-roh dari Dewa ada yang menari, berteriak, menangis dan menusukkan keris ke tubuhnya dan tanpa terluka.
Pemakaman di Trunyan ; pemakaman yang tidak lazim seperti pemakaman lainnya di Bali, tubuh orang meninggal dibiarkan dibawah pohon menyan dengan dikelilingi dengan ancak saji (pagar pelindung) tanpa dikubur, uniknya tubuh orang meninggal tersebut tidak menimbulkan bau busuk. Hal ini juga menjadikannya tempat tujuan wisata dan menjadi tujuan tour unik. Desa Trunyan bagian wilayah Kecamatan Kintamani, seberang danau Batur.
Ngaben ; sebuah prosesi supacara pemakaman mayat masyarakat Hindu Bali, kemudian dilanjutkan dengan proses kremasi atau pembakaran jenazah, bisa dilakukan setelah orang tersebut meninggal ataupun dikubur lebih dulu sambil mencari waktu baik. Rangkaian upacara dalam tradisi ini bertujuan untuk menyucikan roh orang yang sudah meninggal untuk menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mesabatan endut : Dalam arti katanya Mesabatan artinya melempar dan Endut berarti lumpur. Lumpur tersebut dicampur dari kotoran kerbau, didapat dari hewan kerbau yang dilepaskan, desa Tenganan, Karangasem, Bali tempat prosesi ini berlangsung. Saat prosesi berlangsung lumpur akan dilemparkan oleh 8 pemuda pengawin kepada 6 gadis. Tradisi ini berlangsung dengan tujuan, mendidik para gadis desa untuk bisa menjadi penyabar, tidak jijik atau gengsi yang akan perkerjaan yang dilakoni dikemudian hari.
Makepung ; balapan/ pacuan kerbau di Jembrana, rutin diselenggarakan sekali setiap tahunnya saat panen raya tiba. Pacuan kerbau, sepasang hewan ini dipacu dan ditunggangi oleh seorang sais atau joki, melecut hewan pacuannya untuk bisa meraih kemenangan. Dalam pertarungan ini memang dibutuhkan nyali besar, karena resikonya tinggi bagaimana kepiawaian seorang joki melecut hewan pacuannya serta menjaga keseimbangan agar tidak terhempas. Sebuah hiburan wisata saat perjalan tour ke Bali Barat.
Sapi Gerumbungan ; di selenggarakandi lapangan desa Kaliasem, Lovina, Kab. Buleleng sebuah pertunjukan seni pada awalnya dilakukan oleh para petani setelah membajak garapan mereka untuk mengisi waktu, karena banyak petani yang tertarik, pemerintah setempat menetapkan menjadi event tahunan tetap sampai sekarang menjadi sebuah tradisi unik yang diwariskan. Dalam pacuan ini sepasang leher sapi dihubungkan dengan kayu yang dinamakan "uga", ditengah-tengah uga tersebut terbentang kayu tempat si joki berdir.
Mbed-mbedan ; tradisi ini hanya bisa kita temukan di desa adat Semate, Kelurahan Abianbase, Kec. Mengwi, Kab, Badung - Bali. Pertama kali diselenggarakan padai tahun saka 1396 atau pada 1474 masehi dan terhenti dalam jangka waktu lama. Diselenggarakan lagi pada tahun 2011. Prosesi ini diikuti oleh semua warga, seperti sebuah permainan lomba tarik tambang,tidak menggunakan media tali tapi bun kalot sebuah jenis batang tumbuhan menjalar, tumbuh pada kawasan setra Desa Semate. Desa ini berdekatan dengan kawasan objek wisata Kuta dan bandara, sehingga mudah dijangkau.
Megibung ; sekarang ini masih lumrah bisa ditemukan di Kabupaten Karangasem. Makan bersama dalam satu tempayan besar, peserta duduk melingkar antara 5-7 orang, kemudian disantap bersama-sama menggunakan tangan, diharapkan menumbuhkan kebersamaan hubungan yang lebih erat dengan keluarga, kerabat ataupun warga sekitar.
Janger Maborbor ; sebuah ritual sakral yang sarat dengan suasana magis, tarian memadukan unsur gerak dan nyanyian, ditarikan oleh 5-10 pasang penari yang belum dewasa. Ritual ini dipimpin oleh seorang pemangku, pada saatnya tiba dan berada dipuncak prosesi, penari janger ini menginjak-injak tumpukan bara api, jangankan luka bakar, sehelai benangpun dari pakaian mereka tidak terbakar. Tarian tolak bala ini bisa kita temukan di desa Yangapi, Tembuku, Bangli - Bali.
Terteran ; tradisi perang api di Jasri ini berlangsung dua kali dalam setahun, bertepatanag dengan hari raya pengrupukan sehari sebelum Nyepi. Prosesi ini dalam rentetan upacara yadnya, 2 kelompok pemuda saling serang dengan melempar seikat obor dari daun kelapa, tujuan ritual ini untuk melebur kejahatan dan malapetaka.
Lukat Geni ; populer juga dengan perang api, dirayakan oleh warga Puri Satria Kawan, Paksebali, Kec. Dawan, Kab. Klungkung, disaat malam pengrupukan sekali dalam setahun. ritual ini bertujuan untuk melepaskan ataupun mengurangi kekotoran dengan sarana api, sehingga bisa menetralisir kekuatan negatif dari alam dan menghilangkan sifat buruk
Pawai Ogoh-ogoh ; Pawai ini dilaksanakan dimalam pengrupukan, sehari sebelum Nyepi, ogoh-ogoh merupakan simbol dari Bhuta Kala yang memiliki kekuatan negatif, diarak ke sekeliling desa dengan tujuan mengusir kekuatan-kekuatan negatif, kemudian dibakar. Sehingga sat pelaksanaan catur brata penyepian tidak ada gangguan kekuatan jahat. Kalau pada saat itu anda melakukan perjalanan wisata tour keliling Bali, usahakan sebelum sore hari sudah tiba di hotel, karena banyak ruas jalan yang tutup.
Perang Ketupat : Sebuah tradisi unik dilaksanakan dalam rangka upacara Aci Rah Pengangon digelar desa Kapal. Warga dibagi menjadi 2 kelompok saling berhadapan saling lempar menggunakan ketupat dari beras. Walaupun hanya berlangsung sekali dalam setahun, bisa saja secara tidak sengaja anda bisa menyaksikan dalam perjalanan tour karena pada jalur wisata Kuta - Bedugul
Ngerebeg : tradisi ini hanya digelar saat piodalan Pura Dalem Kahyangan Kedaton yang letaknya di objek wisata Alas Kedaton, menjelang akhir piodalan saat sore hari sebelum senja tiba, suara kentongan bertalu-talu dan sorak membahana oleh warga desa kukuh yang berkumpul pada halaman pura, mereka membawa lelontek, tomabak dan juga ranting pohon, setelah diperciki air suci, mereka melesat mengelilingi pura.
Pada saat-saat tertentu, travel agent agak jarang mengagendakan perjalanan wisata melihat tradisi unik tersebut, karena berdasarkan kalender Hindu, anda bisa menjelajah sendiri tanpa ada rasa ragu, dijamin aman, pulau bali surganya dunia kalo anda ramah masyarakat bali bisa lebih ramah lagi, ingat gunakan jasa kami sewa sepeda motor Metic di Bali dengan biaya yang murah, pelayanan Ok. Lihat Syarat dan ketentuannya disini.